kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Adik Paku Buwono XIII tak setuju prosesi damai


Senin, 04 Juni 2012 / 11:55 WIB
ILUSTRASI. Berkumpul dengan banyak orang masih jadi salah satu kegiatan dengan risiko penularan Covid-19 tinggi meski Anda sudah mendapat vaksin Covid-19. China Daily via REUTERS


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Edy Can


JAKARTA. Keluarga besar Paku Buwono XIII masih belum sepakat dengan proses rekonsiliasi antara Paku Buwono XIII dengan Panembahan Agung Tedjowulan. Adik Paku Buwono XIII, Gusti Raden Ayu Koes Moestiah tidak setuju dengan prosesi acara penandatanganan rekonsiliasi Keraton Surakarta yang digelar di Gedung MPR, Jakarta, Senin (4/6).

Koes Moestiah menilai proses rekonsiliasi tidak sesuai dengan adat Surakarta. Ia juga tidak rela kakaknya melepas gelar Paku Buwono XIII dan berganti gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo.

"Saya tidak mau adat saya diacak-acak seperti ini. Saya mau bicara dengan kakak saya yang raja, tapi tidak diperbolehkan. Ini lembaga apa?" katanya.

Koes Moestiah menyatakan Paku Buwono XIII sudah lama meninggalkan keraton. Menurutnya, kondisinya sedang dalam keadaan tidak sehat. Karena itu, ia pun menilai, rekonsiliasi yang dilakukan oleh Paku Buwono XIII tidak dalam keadaan sadar. "Kakak saya diperalat, dalam persetujuan ini," tandasnya.

Menurut Koes, proses perdamaian antara kedua raja tersebut harus sesuai adat yang berlaku. Menurutnya, dalam posisi Sinuhun Pemangku Adat di Keraton, terdapat adat istiadat yang harus dilakukan.

Sebelumnya, Paku Buwono XIII dan Panembahan Agung Tedjowulan sepakat berdamai. Hal ini merupakan wujud dari rekonsiliasi itu adalah munculnya Dwi Tunggal dimana Si nuhun Tedjowulan berkenan melepas gelar Paku Buwono XIII dan menyandang gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung Tedjowulan. Keduanya bersama-sama memimpin Keraton Surakarta. Konflik dualisme di dalam Keraton Surakarta Hadiningrat telah terjadi selama delapan tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×