Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) meramal, kinerja ekspor masih akan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi tahun ini. Namun, ADB melihat Indonesia masih bisa memperbaiki kinerja ekspor dengan mengembangkan sektor pariwisata nasional.
Country Director ADB Indonesia Steven R Tabor mengatakan, harga komoditas tahun ini masih akan menurut sedikit dan mengarah ke stabil. Menurut Tabor, pertumbuhan ekonomi global tahun ini belum akan mengalami peningkatan yang signifikan sehingga permintaan komoditas belum terlalu kuat, termasuk permintaan dari China.
Di sisi lain, suplai dari negara-negara penghasil komoditas juga belum mengalami penurunan. Hal-hal tersebut menyebabkan ekspor Indonesia masih akan terkontraksi.
Namun ADB melihat Indonesia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kinerja ekspor, yaitu dengan menggeser ketergantungan terhadap komoditas menjadi ekspor di bidang jasa. ADB melihat, sektor pariwisata berpotensi untuk dikembangkan sehingga diharapkan dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi.
"Diversifikasi ekspor, leading sector itu pariwisata, bukan hanya Bali tapi bermacam-macam daerah," kata Tabor, Rabu (30/3).
Menurut Tabor, perubahan orientasi pertumbuhan ekonomi China dari investasi ke konsumsi rumah tangga menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan sektor pariwisata. "Prospek itu juga bagus, kalau ada semacam rebalancing di China, mereka cetak 30 juta paspor baru setiap tahun," tambahnya.
Senior Economics Officer ADB Indonesia Priasto Aji mengatakan, selama ini kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi masih sedikit. Malah, secara statistik kontribusi sektor pariwisata sulit terukur lantaran tersebar di berbagai subsektor.
Namun lanjut Aji, sektor pariwisata tersebut tersebar di berbagai komponen penyumbang PDB, seperti di industri wisata, hotel, dan restoran. Oleh karena itu lanjutnya, jika sektor pariwisata dapat ditingkatkan, maka akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Country Economist ADB Indonesia Emma Allen mengatakan, total penerimaan negara tahun 2014 lalu dari sektor pariwisata hanya mencapai Rp 134 triliun. Jumlah penerimaan tersebut menyumbang 4,2% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Emma memperkirakan penerimaan negara dari sektor pariwisata tahun delan bisa mencapai Rp 172 triliun atau 5% terhadap PDB. Sementara itu pada tahun 2019 mendatang, sektor pariwisata dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 240 triliun atau 8% terhadap PDB.
ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 5,2%, lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang hanya 4,79%. Pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa mencapai 5,5%.
Untuk tahun ini, pertumbuhan ekonomi nasional masih akan didominasi oleh konsumsi rumah tangga serta reformasi fiskal melalui peningkatan pengeluaran pemerintah. Namun, dampak investasi pemerintah pada semester kedua mendatang akan berkurang.
Oleh karena itu ADB melihat bahwa pada investasi swasta, akan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. ADB juga barharap, investasi swasta akan mengalami mengalami peningkatan sejalan dengan terasanya dampak pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia di awal tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News