kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.234.000   12.000   0,54%
  • USD/IDR 16.671   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.062   -61,39   -0,76%
  • KOMPAS100 1.115   -7,59   -0,68%
  • LQ45 795   -7,39   -0,92%
  • ISSI 281   -1,08   -0,38%
  • IDX30 417   -3,72   -0,88%
  • IDXHIDIV20 476   -3,13   -0,65%
  • IDX80 123   -0,98   -0,79%
  • IDXV30 133   -1,20   -0,90%
  • IDXQ30 132   -0,67   -0,51%

ADB Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,9% di 2025, dan 5% di 2026


Selasa, 30 September 2025 / 13:54 WIB
ADB Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,9% di 2025, dan 5% di 2026
ILUSTRASI. Gedung perkantoran ada pusat bisnis Kota Jakarta. Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 4,9% tahun ini,


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 4,9% tahun ini, dalam laporan terbarunya September 2025.

Sejalan dengan itu, ADB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indoensia dari 5,1% ke 5% pada 2026 mendatang.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut lebih rendah dari target dalam APBN 2025 sebesar 5,2%, dan dalam APBN 2026 sebesar 5,4%.

Meski demikian, ADB tidak menjelaskan lebih lanjut terkait proyeksi perekonomian RI tersebut.

Baca Juga: OECD Revisi Naik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Apa Pendorongnya?

Namun, ADB juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia dan Pasifik yang sedang berkembang masing-masing sebesar 0,1 dan 0,2 poin persentase atau hanya tumbuh 4,8% dan 4,5% pada tahun ini dan tahun depan.

Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi bulan April yang masing-masing sebesar 4,9% dan 4,7%.

Perkiraan tersebut di tengah munculnya lingkungan perdagangan global baru, yang dibentuk oleh tarif dan perjanjian perdagangan yang diperbarui.

Efek Tarif Donald Trump

Ekonom ADB Albert Park mengungkapkan, tarif yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan diperkirakan akan membebani pertumbuhan kawasan ini.

Inflasi dinilai akan terus menurun menjadi 1,7% tahun ini di tengah penurunan harga pangan dan energi, sebelum meningkat sedikit menjadi 2,1% tahun depan seiring dengan normalisasi harga pangan.

“Tarif AS telah ditetapkan pada tingkat tertinggi sepanjang sejarah dan ketidakpastian perdagangan global tetap tinggi,” tutur Albert dalam keterangannya, Selasa (30/9/2025).

Meski demikian, ia membeberkan, pertumbuhan di negara-negara berkembang Asia dan Pasifik tetap tangguh tahun ini berkat ekspor yang kuat dan permintaan domestik yang kuat, tetapi memburuknya lingkungan eksternal memengaruhi prospek.

Di tengah lingkungan perdagangan global yang baru, sangat penting bagi pemerintah untuk terus mempromosikan pengelolaan ekonomi makro yang baik, keterbukaan, dan integrasi regional yang lebih lanjut.

Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2026 Dinilai Sulit Tercapai, Ini Sebabnya

Lebih lanjut, proyeksi pertumbuhan untuk China tetap tidak berubah, karena dukungan kebijakan diperkirakan akan meredam dampak tarif yang lebih tinggi dan pelemahan yang berkelanjutan di pasar properti. Perekonomian RRT diproyeksikan tumbuh sebesar 4,7% tahun ini dan 4,3% tahun depan.

Albert menyebut, tarif tinggi AS yang dikenakan pada ekspor India mulai Agustus diperkirakan akan membebani pertumbuhan. ADB kini memproyeksikan ekonomi India tumbuh sebesar 6,5% untuk tahun 2025 dan 2026, dibandingkan dengan proyeksi bulan April sebesar 6,7% tahun ini dan 6,8% tahun depan.

Sementara itu, perekonomian di Asia Tenggara mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan terbesar di tengah melemahnya permintaan global dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan.

Pertumbuhan di subkawasan ini kini diproyeksikan sebesar 4,3% untuk tahun 2025, dan angka yang sama untuk tahun 2026 turun 0,4 poin persentase per tahun dibandingkan dengan proyeksi bulan April.

Proyeksi pertumbuhan untuk Kaukasus dan Asia Tengah sedikit ditingkatkan untuk tahun ini menjadi 5,5%, sementara proyeksi untuk tahun depan dipangkas sebesar 0,1 poin persentase menjadi 4,9%, terutama karena penurunan produksi minyak dan gas di beberapa negara di subkawasan ini.

Untuk perekonomian di Pasifik, proyeksi pertumbuhan telah dinaikkan 0,2 poin persentase menjadi 4,1% tahun ini di tengah peningkatan output pertambangan.

Sementara proyeksi pertumbuhan subkawasan untuk tahun depan diturunkan menjadi 3,4% dari 3,6% pada bulan April karena ekspektasi output sumber daya yang lebih lemah dan ekspor komoditas yang lebih rendah.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Menkeu Purbaya Tegaskan Tak Ingin Getol Tarik Utang

Lebih lanjut, Albert membeberkan, isiko utama bagi prospek negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik meliputi ketidakpastian yang berkelanjutan seputar kebijakan perdagangan AS, khususnya mengenai kemungkinan tarif sektoral untuk semikonduktor dan farmasi, serta negosiasi perdagangan AS-China yang belum terselesaikan.

“Ketegangan geopolitik yang berkelanjutan, potensi penurunan lebih lanjut di pasar properti RRT, dan kemungkinan volatilitas pasar keuangan juga dapat memengaruhi prospek kawasan ini,” imbuh Albert.

Selanjutnya: Live Streaming Galatasaray vs Liverpool, Prediksi & Jadwal Liga Champions 2025-2026

Menarik Dibaca: 8 Tips Pemulihan Akun Facebook di Android dan iPhone! Cek Panduan Lengkapnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×