Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, 2 Maret 2022, tepat dua tahun pandemi Covid-19 mendera Indonesia. Kapan menjadi endemi? Begini kata Kementerian Kesehatan atau Kemenkes.
Pada 2 Maret 2022, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama dan kedua Covid-19 di Indonesia. Negara kita pun "resmi" mengalami pandemi virus corona baru.
Hingga 2 Maret 2022, Indonesia total mencatat 5.589.176 kasus Covid-19 dan 148.660 meninggal akibat terpapar virus corona baru. Dan, saat ini negara kita sedang berjuang menghadapi gelombang ketiga pandemi.
Kemenkes menyatakan, salah satu jalan menuju endemi Covid-19 adalah lewat percepatan vaksinasi. Saat ini, mereka sedang menyusun indikator untuk sampai ke endemi.
"Salah satu jalan menuju endemi Covid-19 adalah lewat percepatan vaksinasi. Memberikan vaksinasi lengkap hingga booster akan memberikan pertahanan lebih tinggi," kata Siti Nadia Tarmizi, juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melandai, Risiko Kematian Tertinggi Masih Intai Kelompok Pasien Ini
"Terutama, bagi lansia, pasien dengan komorbid, dan anak-anak terhadap risiko bergejala berat hingga kematian akibat Covid-19," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (28/2).
Menuju endemi butuh waktu yang lebih panjang
Dalam konferensi pers pada Selasa (1/3), Nadia mengungkapkan, menuju endemi butuh waktu yang lebih panjang. Yang pemerintah lakukan saat ini adalah membuat kondisi pandemi terkendali, sebelum masuk pra-endemi dan endemi.
"Kami sedang susun indikator pandemi terkendali, pra-endemi, dan endemi. Misalnya, laju penularan di bawah 1, kematian kurang dari 3% (dari total kasus), serta kabupaten dan kota semua PPKM Level 1," ungkap dia.
Untuk mempercepat vaksin booster, pemerintah menambahkan vaksin Sinopharm. Dengan begitu, ada enam jenis regimen vaksin booster yang digunakan di Indonesia.
Baca Juga: Kasus Hampir 100% Omicron, Kenali 6 Ciri-Ciri Gejala Varian Ini Mengacu Data Kemenkes
Keenam regimen vaksin booster itu adalah Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Janssen (J&J), dan Sinopharm. Pelaksanaan vaksinasi booster di seluruh kabupaten/kota bagi masyarakat umum.
Menurut Kemenkes, pemberian dosis booster melalui dua mekanisme.
Pertama, homolog yakni pemberian dosis booster dengan menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.
Kedua, heterolog yaitu pemberian dosis booster dengan menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.
Hingga 27 Februari, mengacu data Kemenkes, pemberian vaksinasi dosis 1 sebanyak 190,67 juta atau 91,55% dari total sasaran 208,26 juta. Sementara vaksinasi dosis 2 sebanyak 143,77 juta atau 69,55% dan dosis 3 baru 9,8 juta atau 4,71%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News