kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja manufaktur turun, ini penyebabnya menurut Danareksa Research Institute


Senin, 02 Desember 2019 / 20:34 WIB
Kinerja manufaktur turun, ini penyebabnya menurut Danareksa Research Institute
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja di sebuah pusat belanja di Jakarta.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHS Markit menemukan kondisi manufaktur Indonesia pada November 2019 masih belum menunjukkan perbaikan, bahkan memburuk. Meski begitu, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan dari bulan Oktober 2019 yang sebesar 47,7, menjadi 48,2 pada November 2019.

Head of Danareksa Research Institute (DRI) Moeakti Prasetiani Soejachmoen memandang penurunan kondisi manufaktur yang terus berlanjut pada bulan November 2019 ini secara tidak langsung disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang menurun.

"Stok bahan jadi mereka masih banyak, sehingga mereka tidak berproduksi lagi. Persediaan barang jadi tersebut disebabkan karena tidak ada yang membeli karena konsumsi masyarakat yang menurun," terang Moekti kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).

Baca Juga: Daya beli melemah, barang jadi produk manufaktur menumpuk

Moekti melihat, penurunan konsumsi masyarakat ini memang terjadi pada tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masyarakat yang masih wait and see pada konsumsi dalam jumlah besar karena ketidakpastian baik dari domestik maupun kondisi global.

Selain itu, konsumsi masyarakat juga tertahan karena proses pemilihan presiden dan wakil presiden dan belum adanya susunan kabinet baru sehingga masih belum pasti arah pemerintahan saat itu. 

Meski begitu, saat ini sudah ada pemimpin baru dan jajaran kabinet yang baru, Moekti masih melihat bahwa masyarakat masih cenderung mengerem konsumsi.

"Ini karena masih adanya ketidakpastian global karena perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Brexit, dan juga volatilitas harga minyak," tambah Moekti.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi manufaktur Indonesia, Moekti mengimbau agar pemerintah lebih dahulu untuk menjaga daya beli masyarakat serta mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga akhirnya masyarakat mulai kembali yakin untuk melakukan konsumsi.

Bila pemerintah tidak melakukan upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat, maka kebijakan fiskal dan moneter pun dianggap akan berkurang keefektifannya.

Untuk ke depan, Moekti memandang hal yang paling efektif dalam meningkatkan daya beli adalah dengan menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah, yaitu dengan memberi bantuan sosial (bansos) berupa uang kas.

Moekti yakin dengan bansos, masyarakat akan membelanjakan uangnya dan bahkan yang dikonsumsi biasanya bukan barang impor, dan bahkan bisa berupa barang jadi yang sudah tertimbun sejak lama.

Baca Juga: Kinerja manufaktur turun, ini sektor unggulan yang bisa diharapkan menurut BI

Sehingga ini nantinya tidak hanya akan meningkatkan jumlah konsumsi, tetapi bisa memberi efek ke depan untuk memperbaiki kondisi manufaktur Indonesia dan tidak memperburuk defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×