kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah 2 tahun nego, imbal dagang Sukhoi masih menunggu tanda tangan kontrak


Selasa, 23 Januari 2018 / 18:38 WIB
Sudah 2 tahun nego, imbal dagang Sukhoi masih menunggu tanda tangan kontrak
Pesawat Tempur Sukhoi di Lanud Sultan Hasanuddin


Reporter: Agus Triyono | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah untuk melakukan imbal dagang dengan Rusia dalam pengadaan 11 Pesawat Tempur Sukhoi SU-35 masih belum terwujud. Totok Sugiharto, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan mengatakan sampai saat ini, imbal dagang tersebut masih menunggu tanda tangan kontrak.

"Mudah- mudahan bulan depan," katanya kepada Kontan, Selasa (23/1).

Pemerintah menyatakan akan membeli 11 pesawat tempur Sukhoi. Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan beberapa waktu lalu mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk memperkuat Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).

Ryamizard mengatakan, untuk pembelian Sukhoi, negoisasi sudah dilakukan sejak dua tahun lalu.Pembelian dilakukan karena saat ini pesawat tempur yang dimiliki pemerintah sudah dinilai ketinggalan jaman.

Nilai pengadaan 11 pesawat tempur tersebut mencapai US$ 1,14 miliar. Dengan kata lain, nilai beli per pesawat mencapai US$ 90 juta.

Namun, Wiranto, Menko Polhukam mengatakan, pembelian pesawat tersebut dilakukan dengan beberapa syarat kepada Rusia. Pertama, 50% dari nilai pembelian Sukhoi tersebut dibayar dengan imbal dagang.

Komoditas yang akan diimbaldagangkan, antara lain minyak kelapa sawit (CPO), kopi, tembakau, jaket dan seragam miiliter serta jaket anti peluru.

"Kami tidak ingin mereka menjual saja ke kita tanpa beri keuntungan ke kita," katanya.

Syarat kedua, memberikan hak kepada Indonesia membangun pabrik suku cadang Sukhoi di Indonesia. Dengan hak tersebut mereka berharap ada transfer teknologi dalam produksi pesawat tempur.

Selain itu, pemerintah juga berharap, ke depan Indonesia bisa menjadi pusat pemasaran Sukhoi di kawasan Asia.

Sementara itu syarat ketiga, penggunaan kandungan lokal. Wiranto mengatakan, pemerintah ingin dalam pengembangan pabrik tersebut nantinya kandungan lokal Indonesia bisa banyak digunakan.

"Paling tidak 85%, itu berangsur-angsur," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×