Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan paling sedikit tumbuh 5,18%. Proyeksi ini lebih tinggi daripada proyeksi Bank Indonesia (BI) yang minimal tumbuh 5,1% di 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka ini salah satunya didorong oleh pertumbuhan dari sisi impor. Ia melihat, pada tahun ini pertumbuhan impor bisa berkisar 9,8%-9,9%.
“Kami lihat impor 9,8%-9,9% tahun ini. Mendekati 10%. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 5,18%-5,40%,” ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Selasa (5/6).
Ia mengatakan, impor yang tumbuh ini sejatinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lantaran impor yang banyak terjadi adalah impor bahan baku dan barang modal. Meskipun ada peningkatan di impor barang konsumsi juga akibat faktor musiman jelang lebaran.
“Jadi kalau impor bahan baru dan barang modal dikendalikan, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor April mencapai US$ 16,09 miliar, naik 11,28% dibanding Maret 2018 dan naik 34,68% year on year (yoy). Baik impor migas maupun nonmigas naik masing-masing sebesar 3,26% dan 12,68% dibanding bulan sebelumnya.
Kenaikan impor tersebut terjadi pada seluruh kelempok penggunaan barang. Baik barang konsumsi, bahan baku penolong, maupun barang modal.
Impor barang konsumsi naik tinggi sebesar 25,86% dibanding bulan sebelumnya dan naik 38,01% yoy. Kenaikan itu terutama didorong oleh impor bawang putih dari China, beras yang belum terealisasi, daging beku, pir dari China, dan apel dari China.
Sementara itu, impor bahan baku tercatat naik 10,73% dibanding Maret 2018 dan naik 33% yoy. Kenaikan ini terutama didorong oleh impor kacang kedelai dan gandum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
