kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pilih porsi asing naik daripada beban bunga naik


Kamis, 30 Maret 2017 / 19:17 WIB
Pilih porsi asing naik daripada beban bunga naik


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Utang pemerintah yang terus bertambah menyebabkan beban bunga utang kian meningkat. Pemerintah pun berupaya menekan bunga utang, meski porsi kepemilikan asing di dalam surat berharga negara (SBN) berpotensi meningkat.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), total kepemilikan atau outstanding SBN hingga pertengahan Maret 2017 mencapai yaitu sebesar Rp 1.895,68 triliun. Dari jumlah tersebut, porsi kepemilikan asing mencapai sekitar 38%-39%. Sementara porsi kepemilikan investor ritel masih sangat sedikit, sekitar 3%.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan mengakui, kepemilikan asing dalam SBN tersebut turut membantu menurunkan beban bunga pemerintah. Sebab, minat investor asing terhadap obligasi pemerintah cukup besar sehingga pemerintah bisa memberikan imbal hasil yang rendah.

"Seandainya mereka (asing) tidak hadir, pasti yield naik karena sedikit yang menawar," kata Robert di Kantor Kemkeu, Kamis (30/3).

Di sisi lain, ia tak menampik bahwa porsi kepemilikan asing yang terlalu besar berpotensi menimbulkan arus modal asing keluar (capital outflow). Namun menurutnya, hal itu masih bisa diatasi melalui kerja sama dengan Bank Indonesia (BI).

Menurut Robert, sepanjang ekonomi dalam negeri stabil, arah kebijakan fiskal konsisten, dan arah kebijakan moneter stabil, besarnya porsi kepemilikan asing tersebut tak menimbulkan ancaman capital outflow. Apalagi saat ini sejumlah negara masih menerapkan tingkat bunga negatif.

"Di global, cari tingkat bunga positif tidak banyak juga, itu kesempatan juga," tambahnya.

Robert mengatakan, pemerintah berupaya menekan tingkat bunga SBN saat ini dengan memperbanyak volume penerbitan SBN bertenor pendek dan mengurangi volume penerbitan SBN bertenor panjang. Hal itu telah dilakukan dengan menambah penerbitan surat perbendaharaan negara (SPN) tiga dan enam bulan dan mengurangi penerbitan SBN bertenor 20 dan 30 tahun.

Lebih lanjut menurutnya, tingkat bunga SBN selayaknya turun sejalan dengan inflasi nasional yang lebih rendah. Saat ini, imbal hasil dari SBN yang diterbitkan pemerintah juga mengarah turun walaupun tidak secepat penurunan inflasi.

"Walau kami tidak bisa melawan market, tetapi harusnya mengarah turun. Di lelang kami selalu lihat pasar. Kalau demand tinggi kami bisa mematok di bawah pasar," tambahnya.

Penurunan imbal hasil tampak pada penerbitan global sukuk bulan ini sebesar US$ 3 miliar yang terdiri dari dua seri, yaitu US$ 1 miliar untuk tenor lima tahun dan US$ 2 miliar untuk tenor 10 tahun.

Untuk tenor lima tahun, pemerintah memutuskan imbal hasil sebesar 3,4%, lebih rendah dari penerbitan global bond US$ 3,5 miliar pada Desember 2016 yang sebesar 3,75%. Sementara untuk tenor 10 tahun, pemerintah memutuskan imbal hasil sebesar 4,15%, yang juga lebih rendah dari penerbitan global bond akhir tahun lalu yang sebesar 4,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×