kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perdagangan internasional bakal pulih tahun depan, seiring perbaikan harga komoditas


Rabu, 30 Desember 2020 / 06:15 WIB
Perdagangan internasional bakal pulih tahun depan, seiring perbaikan harga komoditas


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemburukan ekonomi pada 2020, membuat perdagangan internasional baik ekspor maupun impor loyo dibanding tahun lalu. Namun, seiring pemulihan ekonomi global harga komoditas pada 2021 akan kembali stabil, sehingga perdagangan lintas negara bisa kembali pulih.

Berbagai lembaga internasional memprediksi ekonomi global masuk zona positif di tahun depan. Misalnya, International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2021 sebesar 5,2% year on year (yoy), sedangkan Organization for Economic Co-operation and Development sebesar 4,2% yoy.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Amir Hidayat mengatakan dari sisi perdagangan, pemulihan ekonomi di level global juga akan kembali meningkatkan volume perdagangan.

Kata Amir, indikatornya sudah mulai sangat nyata. Pertama, harga-harga komoditas sudah lebih tinggi bahkan jika dibandingkan awal tahun 2020. Misalnya harga minyak dan harga CPO.

Harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) misalnya, kini sudah ada di kisaran US$ 48 per barel. Padahal, harga minyak jenis WTI ini sempat melemah hingga ke bawah level US$ 40 per barel.

Baca Juga: China murka, AS teken undang-undang yang beri dukungan bagi Taiwan dan Tibet

Komoditas andalan ekspor Indonesia pun mengalami perbaikan. Misalnya harga crude palm oil (CPO) di Bursa Derivatives Malaysia pada awal Desember ini berada di level RM 3.400 per metrik ton. Pulih dari posisi harga pada Mei lalu yang sempat anjlok di lebel RM 2.500 per metrik ton. Begitu pula dengan harga batubara acuan (HBA) yang terus menanjak naik dalam tiga bulan terakhir dan ditutup di level US$ 59,65 per ton. 

Kedua, pertumbuhan ekspor Indonesia di bulan November lalu sudah mulai mendekati batas 0%. Ketiga, pertumbuhan impor juga sudah turning point di November meski masih di teritori negatif. 

Keempat, purchasing managers index (PMI) manufaktur sudah di level ekspansif. “Ini semua memberi sinyal kuat bahwa aktivitas perdagangan akan kembali meningkat,” kata Amir kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12). 

Kendati demikian, defisit neraca perdagangan tahun depan kemungkinan besar kembali menjadi tren, akibat impor melonjak sedangkan ekspor naik tidak setinggi impor. Menurut Amir, memang defisit perdagangan menjadi masalah struktural di Indonesia. 

“Ini yang telah lama kita sadari bersama dan memang penyelesaiannya memerlukan waktu yang tidak singkat. Peningkatan inovasi dan produktivitas perekonomian serta peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar global harus terus didorong,” ujar Amir.

Termasuk peluang daya saing Indonesia sebagai tujuan wisata dan bahkan dalam berbagai sektor jasa. Hanya saja, Amir menekankan reformasi struktural dan kebijakan pemerintah sejauh ini sudah on-track. 

“Semua telah memahami bahwa Indonesia sudah memulai. Konsistensi kebijakan dibutuhkan untuk mewujudkannya,” ujar Amir. 

Selanjutnya: Pengusaha berharap aturan turunan UU Cipta Kerja bisa segera rampung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×