kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski diperkirakan tumbuh 3,9%, risiko ekonomi global meningkat


Senin, 23 Juli 2018 / 10:58 WIB
Meski diperkirakan tumbuh 3,9%, risiko ekonomi global meningkat
ILUSTRASI. Pertemuan IMF-Bank Dunia dengan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral negara G-20


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral serta Deputi negara-negara G20 di Buenos Aires, Argentina pada 19 Juli-22 Juli 2018 menyimpulkan bahwa perekonomian global menunjukkan risiko perlambatan. Meskipun perekonomian global masih diperkirakan tumbuh solid sebesar 3,9% di tahun 2018 dan 2019.

Menurut Deputi Gubernur Dody Budi Waluyo, risiko perlambatan pertumbuhan dalam jangka menengah dan meningkatnya faktor risiko tersebut terutama bersumber dari ketegangan perdagangan, normalisasi kebijakan suku bunga beberapa Bank Sentral, dan ketegangan geopolitik di beberapa kawasan.

Dampak perkembangan teknologi terhadap sektor keuangan juga mewarnai diskusi pada pertemuan, khususnya mengenai upaya eksplorasi manfaat tekonologi keuangan bagi konsumen, investor, dan perekonomian serta kekuatiran terhadap risiko yang timbul dari perkembangan teknologi keuangan dan bagaimana memitigasi risiko dimaksud.

"Oleh karena itu, negara-negara G20 didorong untuk lebih meningkatkan komunikasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan," kata Dody dalam keterangan resmi, Senin (23/7).

Ia melanjutkan, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 juga menekankan pentingnya memperkuat kerjasama dan efektivitas G20 ke depan sebagai forum utama dalam mendiskusikan permasalahan global dan menghasilkan solusi bersama.

Dody menambahkan, dinamika perekonomian global pada pembahasan G20 tersebut sejalan dengan asesmen BI pada Rapat Dewan Gubernur pada 18 Juli-19 Juli 2018 lalu. BI saat itu menyampaikan ada kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang, yang memaksa bank sentral menaikkan suku bunga untuk menjaga stabilitas.

"Terlepas kondisi ekonomi domestik yang masih kuat dan kokoh yang tidak memerlukan kenaikan suku bunga tersebut," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×