kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Jika tak koordinasi, KPK bisa tuntut hukuman maksimal bagi Fredrich Yunadi


Jumat, 27 April 2018 / 22:30 WIB
Jika tak koordinasi, KPK bisa tuntut hukuman maksimal bagi Fredrich Yunadi


Sumber: Kompas.com | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) memantau berbagai sikap dan perilaku mantan kuasa hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi, selama menjalani persidangan. 

Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuturkan, hal itu akan menjadi pertimbangan meringankan atau memberatkan dalam tuntutan terhadap Fredrich nantinya. 

"Ketika Terdakwa bersikap kooperatif tentu akan jadi faktor meringankan. Kalau tidak kooperatif tentu akan dipertimbangkan sebagai faktor memberatkan," ujar Febri di gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/4). 

Febri menegaskan, KPK bisa saja mengusulkan tuntutan maksimal terhadap Fredrich. Meski demikian, KPK akan memberikan tuntutan yang setimpal sesuai dengan pertimbangan yang ada dalam kasusnya. 

"Tentu saja kami akan mengajukan tuntutan maksimal sesuai dengan perbuatannya, setelah menimbang juga faktor yang meringankan atau memberatkan. Saya kira hakim juga melakukan hal yang sama nantinya setelah tuntutan, pleidoi, dan putusan," ujar Febri. 

Dalam kasus ini, Fredrich dan dokter RS Medika Permata Hijau, Bimanesh Sutarjo telah menjalani persidangan sebagai terdakwa. Menurut KPK, ada dugaan keduanya bersekongkol. 

Kasus ini berawal saat Setya Novanto berkali-kali mangkir dari panggilan KPK, baik sebagai saksi maupun tersangka. 
Pada 15 November 2017, tim KPK mendatangi rumah Novanto di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, untuk melakukan penangkapan. Namun, tim tidak menemukan Novanto. 

Pada 16 November 2017, KPK memasukkan Novanto dalam daftar pencarian orang (DPO). Novanto kemudian muncul dalam wawancara via telepon di sebuah televisi swasta dan mengaku akan datang ke KPK. 
Tak berselang lama, Novanto mengalami kecelakaan dan dibawa ke RS Medika Permata Hijau.

Menurut KPK, Novanto langsung masuk ke ruang rawat inap kelas VIP dan bukan ke unit gawat darurat. 

Sebelum kecelakaan, Yunadi diduga sudah datang lebih dahulu untuk berkoordinasi dengan pihak rumah sakit. 

Salah satu dokter di RS tersebut juga mengaku ditelepon seseorang yang diduga pengacara Novanto yang bermaksud perlu menyewa satu lantai RS. 

Padahal, saat itu belum diketahui sakit apa yang diderita Novanto sehingga harus menjalani perawatan. (Dylan Aprialdo Rachman)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul : Jika Fredrich Yunadi Tak Kooperatif, KPK Bisa Tuntut Hukuman Maksimal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×