kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,25   -3,11   -0.33%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab bed occupancy rate untuk isolasi pasien Covid-19 di Jakarta tidak merata


Senin, 28 Desember 2020 / 20:55 WIB
Ini penyebab bed occupancy rate untuk isolasi pasien Covid-19 di Jakarta tidak merata


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tempat tidur isolasi pasien Covid-19 Rumah sakit (RS) rujukan di DKI Jakarta berada di posisi 85,16%. Namun, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Abdul Kadir menyebut, Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat kemanfaatan tempat tidur di DKI Jakarta tidak merata.

"Ada beberapa Rumah Sakit seperti rumah sakit BUMN, rumah sakit TNI/Polri dan rumah sakit Pemda dan beberapa rumah sakit swasta masih ada tempat tidur yang cukup," kata Kadir saat konferensi pers virtual Kementerian Kesehatan pada Senin (28/12).

Kadir berharap bagi RS dengan tingkat utility tempat tidur masih rendah dapat menampung pasien Covid-19 dari RS lain yang sudah penuh.

Tidak meratanya tingkat BOR di RS rujukan Covid-19 di DKI Jakarta disebabkan masih ada masyarakat yang memilih-milih ingin dirawat di RS mana. Beberapa RS di DKI Jakarta bahkan ada yang sudah melebihi standar tingkat utility tempat tidur.

Baca Juga: Ini kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di 9 daerah zona merah

"Ada beberapa kelebihan tempat tidurnya 90%-100%. Ini karena masyarakat kita masih Rumah Sakit mindset, masih milih-milih rumah sakit jadi mereka hanya mau datang mau dirawat di rumah sakit tertentu," ungkapnya.

Selain meminta masyarakat untuk tak memilih-milih RS dalam perawatan Covid-19. Kadir juga mengingatkan kepada RS untuk memanfaatkan aplikasi Siranap Kemenkes yang memberikan informasi mengenai data kapasitas dan ketersediaan setiap jenis tempat tidur pada RS.

Kadir juga bilang, tidak semua pasien Covid-19 dirawat di RS rujukan. Ia memberikan contoh misalnya di DKI Jakarta dari angka positif capai 8.000 orang, 45% merupakan pasien tanpa gejala. Artinya pasien tersebut tak memerlukan perawatan di RS. Adapun 25% merupakan pasien dengan gejala sedang dan berat yang perlu dirawat di RS.

"Kalau bicara positivity rate itu tidak berarti bahwa misal yang positif 20% maka semua masuk RS. Anggaplah ada 8.000 positivity rate, itu tidak semua masuk rumah sakit. Karena berdasarkan data yang kami dapatkan dari pemerintah DKI Jakarta bahwa di antara yang positif 8.000 itu itu 45% mereka tanpa gejala atau gejala ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit," jelas Kadir.

Selanjutnya: Kasus Covid-19 di DKI rekor lagi, Epidemiolog: Bisa ada kado tahun baru yang dahsyat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×