Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 sebesar 7,07% year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dari kuartal I-2021 yang minus 0,74% yoy, bahkan secara tahunan pada kuartal II-2021 ekonomi kontraksi hingga minus 5,34% yoy.
“Triwulan II-2021 menunjukkan arah pemulihan sudah benar, strategi pemulihan sudah benar dan mulai menghasilkan dampak atau hasilnya,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2021, Kamis (5/8).
Sri Mulyani menjelaskan, pencapaian ekonomi kuartal II 2021 menunjukkan adanya momentum perbaikan ekonomi semakin terakselerasi. Hal ini tercermin dari konsumsi rumah tangga tumbuh 5,59% yoy, investasi 7,6% yoy, ekspor 31,8%, impor 31,2% yoy, dan konsumsi pemerintah 8,1% yoy.
Pertumbuhan ekonomi pada sektor esensial pun terpantau positif antara lain manufaktur 6,6% yoy, perdagangan 9,4% yoy, konstruksi 4,4% yoy, pertambangan 5,2%, transportasi 25,1%, dan akomodasi makan dan minum 21,6%.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2021 melemah
Sri Mulyani menyampaikan pencapaian tersebut merupakan sinyal positif bagi ekonomi Indonesia di tahun ini, dibandingkan dengan realisasi pada kuartal-kuartal sebelumnya selama pandemi virus corona, penggerak perekonomian hanya dari konsumsi pemerintah sehingga belum mampu menghasilkan angka positif.
"Ini semua menggambarkan seluruh sektor bergeliat dan berfungsi. Sebagian adalah karena policy dari pemerintah yang terus melakukan intervensi dari sisi demand dan supply,” ujarnya.
Selain itu, salah satu kebijakan pemerintah yang menunjang pertumbuhan baik konsumsi dan sektor manufaktur adalah relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Kebijakan tersebut dinilai memberi dampak peningkatan penjualan otomotif, sehingga menjadi motor penggerak ekonomi di kuartal II 2021.
Baca Juga: Lebih optimistis, Sri Mulyani prediksi ekonomi kuartal III-2021 akan tumbuh 4%-5,7%
Menurut Sri Mulyani, ke depan dalam menghadapi tekanan yang luar biasa berat akibat pandemi covid-19, pemerintah memastikan akan menggunakan seluruh instrumen fiskal, bantuan sosial untuk dapat meminimalkan dampak tekanan ekonomi kepada masyarakat menengah bawah. Hal ini mengingat kelompok masyarakat bawah sangat terdampak akibat pandemi.
"Kita berharap pemulihan konsumsi kelompok menengah atas mulai beraktivitas dan akan memperkuat pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan bantuan sosial yang diberikan pemerintah kita mampu tekan angka kemiskinan dan pengangguran kenaikannya tidak terlalu tinggi," ucap Menkeu.
Baca Juga: Pertumbuhan kuartal II 2021 tercatat 7,07%, BPS: RI resmi keluar dari jurang resesi
Meski demikian, ia mengatakan tren peningkatan kasus Covid-19 akibat munculnya varian Delta berpotensi memberi tekanan terhadap perekonomian pada semester II-2021 mendatang yang akan berdampak pada konsumsi dan ekspor.
Oleh karenanya, Bendahara Negara itu menegaskan pemerintah melalui instrumen APBN akan terus melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi. Dus pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2021 diharapkan mampu tumbuh sekitar 4%- 5,7% secara tahunan.
“Kewaspadaan kita masih sangat tinggi terutama karena masih ada sektor yang terpengaruh adanya Covid-19. Ada sektor yang memiliki daya tahan lebih tinggi dan karenanya kita berharap itu akan terus terjaga,” kata Sri Mulyani.
Selanjutnya: Pertumbuhan kuartal II 2021 tercatat 7,07%, BPS: RI resmi keluar dari jurang resesi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News