Reporter: Patricius Dewo | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan bunga acuan Bank Indonesia 7-day reverse repo rate (7-DRRR) dinilai tak dapat dihindarkan lagi. Di tengah tren pengetatan moneter global terutama Amerika Serikat, kenaikan BI rate dianggap bisa menjadi pembawa kembali kepercayaan investor terhadap Indonesia.
Menurut Ekonom PT Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai, pemerintah harus melakukan kebijakan yang pre-emptive untuk menangkal efek negatif dari tren kenaikan bunga AS, yang akhirnya menular pada pengetatan moneter global. Pasalnya, kita masih sangat mengandalkan investor global untuk pembiayaan defisit anggaran.
“Kenaikan BI7 -DRR tidak bisa terhindarkan karena kenaikan suku bunga AS yang jadi acuan investor global juga telah meningkat. Kebijakan yang pre-emptive diperlukan mengingat kita masih sangat tergantung pada investor global dalam pembiayaan defisit CAD kita," ujar Andry kepada KONTAN, Jumat (22/6).
Kenaikan BI 7-DRRR dia anggap bisa menjaga tingkat kepercayaan investor baik global maupun domestik akan data fundamental ekonomi. Ditambah respons kebijakan yang tepat, keduanya akan dapat mengembalikan capital flows ke instrumen investasi domestik.
Selain itu ia memberikan alternatif kebijakan lain dalam jangka pendek dari sisi moneter saat ini yaitu, adalah dengan memberikan pelonggaran kebijakan makroprudensial. Adapun jangka waktu menengah dan panjang yang dibutuhkan adalah kebijakan yang mampu mendorong kegiatan ekspor melalui produk manufaktur dan pariwisata.
BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 27-28 akhir Juni mendatang. Sekadar informasi, Mei lalu, BI telah menaikkan bunga dua kali menjadi 4,75% untuk menjaga stabilitas rupiah yang terkena dampak kenaikan bunga AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News