kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Investor asing bakal masuk Indonesia lagi


Senin, 07 Mei 2018 / 06:38 WIB
BI: Investor asing bakal masuk Indonesia lagi
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang kertas mata uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis pasar keuangan Indonesia masih berada dalam kondisi stabil meskipun masih berada dalam bayang-bayang menguatnya dollar Amerika Serikat (AS).

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, optimisme ini dapat tercermin dari dua hal. Pertama, investor jangka panjang yang masih bertahan di pasar keuangan domestik karena melihat fundamental perekonomian Indonesia yang baik dari segi fiskal maupun moneter.

Kedua, akan meredanya penyesuaian portofolio asing yang disebabkan oleh tidak konsistennya tekanan global. Hal itu juga didukung tingkat yield Indonesia yang kompetitif. Bila risk off globalnya sudah reda (risk on) investor global akan masuk lagi ke Indonesia, kata Nanang kepada KONTAN, Jumat (4/5).

Nanang mengakui, memang sulit untuk memperkirakan kapan penyesuaian portofolio akan berakhir. Namun, dia memperkirakan, investor asing akan banyak masuk ke Indonesia seiring masuknya Indonesia ke Barclays Bloomberg Index.

Indonesia akan masuk ke Barclays Bloomberg Index bulan Juni. Biasanya passive investor dipastikan akan masuk ke Indonesia karena mereka akan mereplikasi komposisi portofolionya sesuai dengan komposisi bobot pada global index tersebut, jelas Nanang.

Menurut Nanang, sepanjang episode penyesuaian portofolio yang terjadi, investor selalu kembali ke Indonesia. Sebab, jarang  emerging market yang menawarkan yield menarik seperti di Indonesia, dibandingkan negara-negara lain.

Yield SUN bertenor 10 tahun yang berada di kisaran 6,9% pada saat ini dinilai kenarik. Sebab, angka ini lebih tinggi ketimbang negara emerging market lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×