Reporter: Umar Idris, Sri Sayekti, Anastasia Lilin Y, Mimi Silvia | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Sebut saja Rita. Perempuan asal Medan yang baru saja mendapat pekerjaan di sebuah organisasi non-profi t ini telah memesan sebuah tiket pesawat ke Singapura akhir tahun ini. Di negeri Merlion itu, Rita bukan sekadar untuk berwisata, tetapi juga mendapatkan layanan kesehatan. “Saya ingin lasik di Singapura,” tutur perempuan lajang. Lasik adalah pengobatan mata agar pulih dari kondisi minus menjadi normal lagi.
Di Indonesia sebenarnya layanan lasik cukup banyak. Prosedur medisnya juga tidak berbeda dengan yang ditawarkan di Singapura. Namun, Rita merasa lebih nyaman dengan pelayanan para dokter dan rumah sakit di Singapura. Selain itu, tentu saja, Rita mendapat fasilitas berwisata di beberapa obyek wisata di Singapura. Nah, Rita tinggal menghitung hari keberangkatan, karena di tempat kerjanya yang baru, atasannya telah mengizinkannya untuk cuti.
Itu salah satu gambaran turis asal Indonesia yang berwisata ke Singapura. Selain ke Singapura, turis asal Indonesia pada umumnya berkunjung ke Malaysia karena harganya sangat murah sekitar Rp 4 juta selama berkunjung. Kunjungan ini ratarata dilakukan bersama keluarga atau pasangan. “Segmentasi pasar family itu ke Singapura dan Malaysia. Tujuan yang lain ke Asia paling sering ke Jepang, China, dan Korea,” kata Tri Wahyudi, pemilik Khatulistiwa Tour and Travel.
Menurut Kenneth LIM, Direktur Regional ASEAN Singapore Tourism Board, mayoritas pelancong asal Indonesia di Singapura bertujuan untuk belanja. Kedua, untuk melihat atraksi seperti balapan F1, konser musik, dan wisata kuliner. Destinasi favorit orang Indonesia di Singapura ialah South East Aquarium, kebun binatang, dan Universal Studio.
Pada tahun 2012, tercatat ada 2,8 juta orang Indonesia yang berwisata ke Singapura, dari total 14,8 juta wisatawan asing di Singapura pada tahun 2012. Bandingkan dengan jumlah wisatawan asal Singapura ke Indonesia yang tak mencapai 1 juta orang. Catatan Kementerian Pariwisata, selama Januari- Agustus 2012, turis Singapura yang datang ke Indonesia tak sampai 800.000 orang.
Pada 2013 ini, otoritas pariwisata Singapura menargetkan wisatawan asing menjadi 15,5 juta orang. Sedang belanja wisatawan asing di Singapura mencapai SG$ 23,5 miliar hingga SG$ 24,5 miliar. “Wisatawan Indonesia adalah pengunjung terbesar bagi Singapura selama 5–10 tahun terakhir, jadi perannya sangat penting bagi pariwisata Singapura.”ujar Kenneth.
Kurs dollar AS
Menurut Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini perbandingan antara wisatawan asing yang datang dengan wisatawan Indonesia yang keluar relatif masih sama. Sasmito mengakui wisatawan yang keluar sedikit lebih banyak, namun jika dihitung rata-rata, masih sama. “Tidak persis sama, tapi relatif masih 50:50,” tutur Sasmito.
Namun pengalaman pemilik perusahaan travel berbeda lagi. Menurut Tri Wahyudi, lebih banyak turis Indonesia yang keluar dibandingkan dengan turis asing yang masuk ke Indonesia. “Tiap tahun travel saya mengurus turis Indonesia ke luar negeri sekitar 1.000-an orang, tetapi turis yang masuk ke Indonesia cuma ratusan,” terang Tri.
Kunjungan wisatawan Indonesia ke luar negeri ini tidak terpengaruh dengan kurs rupiah yang sedang melemah. Kunjungan ke luar negeri tetap tinggi karena maraknya berbagai promosi tiket murah oleh maskapai penerbangan. “Pengelola manajemen wisata di luar sering menggelar promo untuk acara tertentu,” kata Muhammad Syarifullah, pelancong yang juga seorang konsultan di BUDGE Communications.
Seharusnya, pada saat nilai tukar dollar AS sedang menguat seperti sekarang, pemerintah lebih gencar menggoda turis asing untuk datang. Apalagi, menjelang akhir tahun ini, penduduk yang tinggal di negara empat musim akan berlibur ke luar negeri untuk menghindar dari cuaca menggigit musim dingin. “Didukung dengan dollar AS yang menguat, tentu ini mendukung rencana perjalanan turis asing,” tutur Syarifullah.
Bagi turis lokal, penguatan dollar AS dan pelemahan rupiah, teorinya, mengurungkan niat wisata ke luar negeri, dan beralih ke dalam negeri. Namun bisa juga, penawaran jalan-jalan ke luar negeri terlalu menarik untuk dilewatkan.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 7 - XVIII, 2013 Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News