kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.859   80,00   0,50%
  • IDX 7.155   -6,20   -0,09%
  • KOMPAS100 1.093   -1,29   -0,12%
  • LQ45 868   -3,97   -0,46%
  • ISSI 217   0,75   0,35%
  • IDX30 444   -2,31   -0,52%
  • IDXHIDIV20 535   -4,50   -0,83%
  • IDX80 125   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 134   -1,31   -0,96%
  • IDXQ30 148   -1,14   -0,77%

Warga Marunda dukung Ahok keluar dari Gerindra


Rabu, 10 September 2014 / 15:32 WIB
Warga Marunda dukung Ahok keluar dari Gerindra
ILUSTRASI. Perkuat kinerja, Triputra Agro Persada (TAPG) resmikan pabrik kelapa sawit baru di Kalimantan Tengah


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Beberapa warga di Rusun Marunda, Jakarta Utara menilai keputusan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk mundur dari Partai Gerindra, merupakan langkah yang tepat.

Hari ini Rabu (10/9), Basuki resmi mundur dari partai yang mengusungnya pada Pilkada 2012 lalu. Warga Rusun Marunda menilai, apa yang dilakukan partai pengusung Basuki yang mendukung usulan pemilihan kepala daerah oleh DPRD, merupakan kemunduran demokratis. "Jadi kalau dia mundur dari Gerindra, itu langkah yang tepat. Berarti sikap politis dia tidak setuju eksekutif dipilih dari DPRD," kata Imam (30), warga Blok 2 Rusun Marunda, di Cilincing. 

Imam berharap, dengan sikap politis Ahok itu, akan mendorong masyarakat lainnya melihat bahwa apa yang dilakukan Gerindra tidak sejalan dengan demokrasi. Langkah Gerindra dan koalisi lainnya, kata Imam, sudah bertentangan dengan arus masyarakat.

Apalagi, dukungan Gerindra dan koalisi lainnya dianggap mendadak. Ia melihat, model ini sama saja mengembalikan pola Orde Baru. "Sudah pasti kembali ke Orde Baru, karena 30 tahun sistem itu dipakai dan kita tahu hasilnya seperti apa. Ternyata begitu, mungkin ada kepentingan berbeda. DPRD khsusunya tim koalisi ini saya anggap cukup menentang arus masyarakat," ujar Imam. 

Senada dengan Imam, Mulia Saputra (37) warga Blok 3 Cluster B Rusun Marunda menilai langkah pria yang akrab disapa Ahok itu sudah tepat. "Langkahnya bagus, dia gentleman. Karena keputusannya tidak cocok sama partai. Artinya, dia ada bersama rakyat, bukan partai," ujar Mulia. 

Menurut dia, usulan pemilihan kepala daerah oleh DPRD, menciderai era reformasi yang berjalan saat ini. Rakyat yang seharusnya dapat menyuarakan hak pilih, justru dihilangkan. "Makin bodoh Indonesia. Jadi kalau begitu belum tentu kan rakyat setuju sama yang dipilih DPRD," kata dia. (Robertus Belarminus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×