Reporter: Hans Henricus | Editor: Edy Can
JAKARTA. Wakil Presiden Boediono menyatakan perdagangan orang yang terjadi saat ini adalah bentuk baru dari perbudakan. Sebab, Boediono menilai telah terjadi perampasan hak-hak dasar para korban.
Boediono mengatakan korban perdagangan orang dijadikan sebagai komoditi bagaikan ternak. "Ini melawan hati nurani siapapun dan nilai-nilai kemanusiaan," ujar Wapres dalam meresmikan pembukaan rakornas gugus tugas pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang, Kamis (30/9).
Boediono mengaku perasaannya terusik sekaligus prihatin masih banyak kejahatan perdagangan manusia terjadi di Indonesia. "Saya enggak bisa bicara, enggak sampai hati, saya belajar ekonomi itu enggak pernah belajar berdagang orang," imbuh mantan Menteri Koordinator Perekonomian.
Wapres menambahkan motif utama perdagangan orang masa kini maupun masa lalu masih sama, yaitu uang. Sasarannya juga tidak jauh berbeda yaitu mereka yang lemah, seperti perempuan dan anak. Oleh sebab itu, Boediono meminta aparat penegak hukum menangkap dan menjatuhkan sanksi seberat mungkin bagi para pelaku kejahatan perdagangan orang. "Perdagangan manusia harus kita berantas, tidak ada toleransi," tegasnya.
Boediono juga meminta pemerintah daerah mendukung penuh gugus tugas pencegahan perdagangan orang yang sudah terbentuk di masing-masing provinsi. "Saya mohon kepala daerah memeberikan perhatian khusus karena ini bukan tindak pidana biasa. Gugus tugas harus bekerja dengan baik," tuturnya.
Dalam acara itu, juga ditandatangani nota kesapahaman antar gubernur dalam rangka pencegahan perdagangan orang dari daerah asal, transit, dan tujuan. Para kepala daerah itu berasal dari Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News