Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengevaluasi data proyeksi pasokan produksi beras nasional yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 75,55 ton selama tahun 2015.
"Jumlah angka yang 75 ton itu kita evaluasi karena itu terlalu tinggi, sehingga berbahaya untuk landasan perhitungan yang akan datang. Intinya, menghitung secara lebih cermat. Itu hanya perhitungan angka statistik yang nanti akan mempengaruhi subsidi pupuk, subsidi bibit, dan juga jumlah petani," katanya setelah menghadiri rapat koordinasi di Kantor Kementerian Pertanian di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (16/9).
Wapres menjelaskan dengan angka perhitungan BPS tersebut, maka Pemerintah perlu memperbaiki bibit padi, kualitas pupuk, rehabilitasi pengairan dan penyuluhan.
"Cuma empat itu saja, tidak ada cara lain. Oleh karena itu, Mentan cuma itu saja tugasnya, yakni memastikan bibit kualitas tinggi, pupuk tepat waktu, pengairan diperbaiki dan diberi penyuluhan. Itu saja," jelasnya.
Rabu siang, Wapres menghadiri rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan jajarannya. Dalam rapat tersebut, Wapres mendapatkan laporan terkait kenaikan produksi pertanian dan rencana persediaan bahan pangan.
Wapres menilai prediksi angka produksi beras nasional yang diterbitkan BPS terlalu tinggi sehingga dapat berpengaruh pada ketersediaan bahan pokok tersebut pada tahun berikutnya.
"Harga beras itu memang suatu dilema masa lalu, naik salah turun juga salah. Naik harga beras itu berarti menimbulkan inflasi, harga beras turun bisa menimbulkan masalah di tingkat petani," jelasnya.
BPS memprediksi Angka Ramalan I 2015, Indonesia akan mengalami surplus beras 5 juta ton pada tahun ini. Produksi Beras Angka Tetap BPS 2014 sebanyak 70,85 juta ton gabah kering giling.
Angka tersebut diprediksi mengalami kenaikan mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling di tahun 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News