kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Utang luar negeri Indonesia melambat


Sabtu, 19 Desember 2015 / 06:10 WIB
Utang luar negeri Indonesia melambat


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2015 tumbuh 2,68% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan September 2015 yang 2,72% (yoy). Data statistik ULN Bank Indonesia (BI) menunjukkan posisi ULN pada akhir Oktober 2015 sebesar US$ 304,1 miliar.

Nilai itu terdiri dari ULN sektor publik US$ 136,6 miliar atau 44,92% dari total ULN, dan ULN sektor swasta senilai US$ 167,5 miliar atau 55,08% dari total ULN Oktober 2015.

ULN swasta terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih.   Pangsa ULN keempat sektor tersebut ke total ULN swasta mencapai 75,79%. Dibandingkan September 2015, pertumbuhan ULN sektor keuangan, industri pengolahan, dan listrik melambat. Sedang pertambangan terkontraksi.

Dalam laporannya, BI menilai perkembangan ULN masih cukup sehat. Namun BI melihat perlunya kewaspadaan risiko utang ke perekonomian. Oleh karena itu BI akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya swasta.

Risiko terutama disebabkan naiknya rasio pembayaran utang di kuartal III 2015, terutama debt to service ratio (DSR) tier-2 triwulanan di angka 60,4% dari sebelumnya 59,9%. Angka itu menembus batas aman 60%. DSR tier-2 tahunan pun patut diwaspadai karena di level 57,47%, naik dari 53,43%.  DSR tier-2 merupakan kemampuan pembayaran pokok dan bunga utang dalam rangka investasi langsung selain anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang non afiliasi.

Di kuartal III rasio utang terhadap ekspor juga naik dari 152,99% menjadi 157,69%. Rasio utang ke PDB naik dari 34,45% menjadi 34,77%. Kepala Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih bilang, pemerintah harus menahan utang agar batas aman tidak terlampaui. "Jangan ada utang baru yang signifikan, terutama swasta," ujarnya, Jumat (18/12).

Pemerintah juga harus menggenjot ekspor agar rasio utang ke ekspor turun. Ekonom Bank BCA David Sumual bilang, Indonesia harus memiliki sumber penerimaan ekspor baru di luar komoditas, seperti manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×