kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, BI memangkas suku bunga acuan hingga empat kali


Kamis, 31 Oktober 2019 / 11:21 WIB
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, BI memangkas suku bunga acuan hingga empat kali
ILUSTRASI. Bank Indonesias logo is seen at Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, January 17, 2019.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  YOGYAKARTA. Pertumbuhan ekonomi domestik mengalami perlambatan sepanjang tahun ini. Merespons perlambatan tersebut, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya atau BI7-Day Reserve Repo Rate (BI-7DRR) hingga empat kali guna menjaga momentum di tahun 2019.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) tanggal 23-24 Oktober yang lalu, BI kembali menurunkan BI7-DRR sebesar 25 basis points (pbs) menjadi 5% sehingga sejak Juli 2019, BI telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak 4 kali berturut (100 bps) dari tahun lalu yang mencapai 6%.

Baca Juga: Chatib Basri ramal perang dagang AS dan China akan terus berlanjut

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Retno Ponco Windarti mengatakan, respons BI menurunkan suku bunga acuannya tidak dipungkiri karena pertumbuhan ekonomi dunia makin melambat.

Retno menilai pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan volume perdagangan akibat ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta berkurangnya kegiatan produksi di banyak negara.

Mengingat AS dan China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Demikian juga perekonomian di Eropa, Jepang, Tiongkok dan India dan beberapa negara lainnya. Sehingga kondisi terebut berdampak pada kembali menurunnya harga minyak dan komoditas global yang kemudian menyebabkan tetap lemahnya tekanan inflasi.

Di sisi lain, berbagai negara merespons perkembangan ini dengan melonggarkan kebijakan moneter dan memberikan stimulus fiskal. Sementara itu, sedikit meredanya ketidakpastian pasar keuangan global mendorong aliran masuk modal ke negara berkembang.

Retno menyampaikan ke depan, berbagai ketidakpastian dari ketegangan hubungan dagang AS dan China serta risiko geopolitik lain tetap perlu dicermati karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

“Perekonomian dunia yang belum kondusif memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik,” kata Retno dalam Seminar Riset Stabilitas Sistem Keuangan, di Hotel Tentram, Yogyakarta, Kamis (31/10).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bank Danamon (BDMN) Usai Diakuisisi MUFG Bank

Kata Retno pertumbuhan ekspor sepanjang 2019 sedikit membaik, meskipun masih mengalami kontraksi, di tengah permintaan global dan harga komoditas global yang menurun.

Sedangkan, investasi khususnya investasi non bangunan belum kuat. Kemudian, konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh inflasi yang rendah dan bantuan sosial pemerintah.

Ke depan, Retno berharap bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dapat mempertahankan momentum  pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprakirakan berada di sekitar batas bawah kisaran 5,0%-5,4% pada tahun 2019 ini dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1%-5,5% pada tahun 2020.

Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan tersebut, Bank Indonesia menerapkan Bauran kebijakan Moneter dan Makroprudensial serta sistem pembayaran.

“Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat,” terang Retno.

Baca Juga: Arah IHSG menanti The Fed rate, berikut kata dua analis ini

Di sisi lain, kebijakan makroprudensial harus tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian.

Sehingga, pihaknya terus menjaga kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Retno.

Baca Juga: Rupiah di kurs tengah BI melemah tipis ke Rp 14.028 per dolar AS hari ini

Agar momentum pertumbuhan ekonomi domestik tetap terjaga, ke depan BI terus bekerjasama dengan pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×