Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berikut adalah sejumlah artikel yang menjadi trending di Kontan.co.id pada Minggu (29/9):
Penangkapan di Jumat Keramat
Istilah Jumat keramat kembali mencuat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi terhitung Jumat (27/9) untuk 20 hari ke depan.
Imam Nahrawi ditahan atas statusnya sebagai tersangka dalam kasus suap terkait dana hibah Kemenpora kepada KONI tahun anggaran 2018. Ia ditahan setelah menjalani pemeriksaan.
Selain Idrus Marham dan Imam Nahrawi, terdapat artis yang terjun di dunia politik, ketua umum partai hingga pejabat yang ditahan di Jumat Keramat. Siapa saja mereka?
Salah satunya adalah Angelina Sondakh yang ditahan pada Jumat, 27 April 2012. Sebelumnya, Angelina telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus suap dalam kepengurusan anggaran di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta di Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 2010/2011.
Kompas.com
Mahasiswa tak ingin diundang ke Istana
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sriwijaya (UNSRI) Ni' Matul Hakiki Awan mengatakan, pihaknya tak mau menghadiri undangan Presiden Joko Widodo ke Istana Kepresidenan. Awan menegaskan, presiden agar memenuhi tuntutan mahasiswa soal undang-undang yang bermasalah.
"Kalau kami bukan ingin diundang. Kami ingin ada yang diubah dari UU yang bermasalah itu dan kami akan konsisten," kata Awan dalam acara Kompas TV Gerakan Gen Z, Wajah Baru Demokrasi, Sabtu (28/9).
Awan mengatakan, sama seperti mahasiswa di ibu kota Jakarta, mahasiswa di daerah juga akan terus melakukan demo menolak RKHUP dan UU KPK sampai pemerintah mengambil sikap. "Kalau kami akan turun sampai yang kami inginkan dituruti," ujarnya.
Kompas.com
China butuh pemimpin yang kuat
Menjelang peringatan ulang tahun ke- 70 Republik Rakyat China (RRC), pemerintah Komunis menerbitkan sebuah makalah tentang kebijakan negara tersebut. Dalam makalah tersebut, dituliskan China membutuhkan kepemimpinan Partai Komunis yang kuat dan bersatu atau negara itu akan hancur.
Kantor Berita Kabinet China mengatakan dalam sebuah buku putih bahwa keberhasilan negara itu terjadi sejak Partai Komunis berkuasa di negeri tersebut 70 tahun lalu.
“Tiongkok sangat besar, memiliki kondisi nasional yang kompleks, dan kesulitan tata pemerintahannya jarang terlihat. Tanpa kekuatan kepemimpinan yang bersatu dan kuat, Tiongkok akan bergerak menuju perpecahan dan hancur, membawa bencana ke dunia," tulis makalah tersebut, seperti dilansir Reuters, Jumat (27/9).
Otoritas China telah lama membenarkan tindakan tegas dalam menangani masalah, seperti tindakan keras terhadap protes prodemokrasi di Beijing pada 1989. Hal itu diperlukan untuk stabilitas nasional.
Noverius Laoli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News