kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.418   0,00   0,00%
  • IDX 7.156   61,65   0,87%
  • KOMPAS100 1.042   11,99   1,16%
  • LQ45 813   10,32   1,29%
  • ISSI 224   1,28   0,58%
  • IDX30 424   4,95   1,18%
  • IDXHIDIV20 505   2,98   0,59%
  • IDX80 117   1,42   1,22%
  • IDXV30 119   0,29   0,25%
  • IDXQ30 139   1,52   1,11%

Tim Anti-Mafia Migas usulkan impor Premium dihapus


Senin, 22 Desember 2014 / 08:37 WIB
Tim Anti-Mafia Migas usulkan impor Premium dihapus
ILUSTRASI. Aktor Ahn Bo Hyun, dalam perannya sebagai chaebol dalam drama Korea terbarunya berjudul See You in My 19th Life yang tayang di Netflix


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Setelah melalui serangkaian analisis dari diskusi dan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan, akhirnya Tim Rerformasi Tata Kelola Migas menyampaikan rekomendasi pertamanya, yakni PT Pertamina (Persero) menghentikan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin RON 88 atau Premium.

Sebaliknya, tim tersebut merekomendasikan agar Pertamina melakukan importasi bensin RON 92 atau sejenis Pertamax.”Kapan bisa diterapkan, kita sudah konsultasi dengan Pertamina. Pertamina bisa kira-kira sekitar 2 bulan,” ucap Ketua Tim, Faisal Basri, Minggu (21/12).

Faisal menuturkan, proses transisi kemungkinan tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat, dan tim akan memberikan tenggat waktu hingga lima bulan ke depan. “Kita kasih waktu ke Pertamina, kalau 2 bulan sangat mepet,” imbuh dia.

Faisal menjelaskan, salah satu latar belakang rekomendasi tersebut dikeluarkan adalah formula penghitungan Harga Indeks Pasar untuk Premium dan Solar berdasarkan data masa lalu yang sudah relatif lama sehingga tidak mencerminkan kondisi terkini.

Anggota tim, Daniel Purba menambahkan dalam publikasi internasional pun saat ini sudah tidak tercantum RON 88. Produk ini kata dia, memang tidak transparan dan likuiditas di market pun tidak banyak. Adapun yang ada di pasar internasional saat ini adalah bensin RON 92, karena memang produk inilah yang banyak diperdagangkan di pasar internasional.

Selain itu, likuiditas juga cukup tinggi. Dengan demikian, mekanisme penetapan harga pasar jauh lebih transparan dibanding menggunakan Mogas88. “Sehingga ini juga yang menjadi pertimbangan kita perlahan-lahan menghilangkan Ron88 dan beralih ke Ron92 karena memang marketnya pun lebih transparan sehingga perhitungan harga lebih transparan,” sambung Daniel. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×