Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pemerintah terus mengembangkan strategi untuk menggenjot kinerja ekspor. Di tengah perlambatan ekonomi di China, Jepang, dan Eropa serta ancaman bubarnya perjanjian kemitraan lintas pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP), pemerintah tetap optimistis peluang peningkatan ekspor dapat tercapai.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, di tengah lesunya perekonomian dunia pemerintah tidak ingin hanya mengikuti arus tanpa ada upaya perbaikan. "Presiden menekankan kepada kami agar mencari terobosan-terobosan baru di tengah kelesuan," kata Enggartiasto, Rabu (4/1).
Ada tiga hal yang akan dilakukan pemerintah agar perekonomian Indonesia tetap tumbuh. Pertama, membuka pasar-pasar baru. Ada beberapa negara yang menjadi incaran untuk segera dilakukan penjajakan atau melakukan kerjasama perdagangan.
Negara-negara tersebut antara lain adalah dengan Afrika, India, Pakistan, Srilanka, Amerika Latin, Rusia serta negara-negara pecahan Uni Soviet. Kerengangan antara Amerika Serikat dan Rusia juga potensial dimanfaatkan untuk dapat masuk untuk menjalin kerja sama perdagangan.
Kedua, pemerintah juga tetap mempertahankan pasar tradisional yang telah dibangun selama ini seperti Eropa, AS, Cina dan Jepang. Ketiga, memanfaatkan jumlah penduduk yang ada sebagai peluang pasar dalam negeri yang besar.
Mendag menyadari di tengah tren proteksionisme yang dilakukan oleh negara-negara di dunia, hal tersebut tidak dapat instan dilakukan. Ketergantungan antar kebutuhan dasar sebagai bahan baku penolong tetap tidak dapat dihapuskan.
Pemerintah juga akan memenfaatkan instrumen yang di legalkan dalam Organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO). Salah satunya adalah Countervailing duties (CVD) seperti yang diterapkan di India. "Domestik market kita jaga, industri dalam negeri menjadi prioritas," kata Enggartiasto.
Pemerintah juga akan aktif memanfaatkan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) dan Atase Perdagangan (Atdag) sebagai market intelijen dinegara masing-masing. Sehingga kegiatan pemasaran produk tidak hanya terpaku pada promosi perdagangan saja.
Mendag menambahkan, untuk dapat menembus pasar-pasar baru tersebut, pihaknya meminta masukan-masukan dari kalangan pengusaha. Ini dilakukan agar lebih tepat sasaran dan produk yang dijajakan sesuai kebutuhan.
Tahun 2016, pemerintah memproyeksikan kinerja ekspor non migas akan mencapai US$ 129 miliar. Dengan berbagai langkah yang dilakukan tersebut, pemerintah optimistis pertumbuhan ekspor non migas tahun 2017 setidaknya akan mencapai 5,6%.
Untuk dapat menembus pasar-pasar baru, pihaknya akan berkolaborasi dengan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional. "CPO pasar ke India sudah besar, kami akan dorong untuk dapat masuk ke Afrika," kata Arlinda.
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo mengatakan, kemajuan positif dalam perundingan perdagangan dengan pangsa pasar baru sudah terlihat. Contohnya adalah perundingan perjanjian perdagangan dengan Chili dan Peru yang sempat terhenti dapat dilakukan tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News