kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terseret kebijakan AS, BI jaga performa rupiah


Minggu, 22 April 2018 / 16:25 WIB
Terseret kebijakan AS, BI jaga performa rupiah


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Setelah sempat melemah di akhir pekan lalu hingga menembus Rp 13.900, Minggu (20/4) rupiah kembali menguat menjadi Rp 13.863 di pasar spot. Adapun kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah juga menguat Rp 13.804 per dollar Amerika Serikat (AS).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan utamanya disebabkan kenaikan imbal hasil atau yield US treasury, perbaikan ekonomi AS yang membuka peluang kenaikan bunga AS lebih dari tiga kali, upaya AS menahan investasi China, bahkan akan membuat Undang-Undang yang mencegah investasi dari China yang mau masuk. “Faktor eksternal tersebut mempengaruhi mata uang di banyak negara, termasuk Indonesia,” ujar Agus di sela acara Spring Meeting 2018 di Washington DC kemarin.

Menurut Agus, perkembangan global yang dinamis berdampak pada performa nilai tukar di banyak negara, termasuk rupiah. “Jangan sekadar melihat angkanya, tapi harus juga melihat perkembangan mata uang lainnya seperti apa,” ujar Agus. 

Performa rupiah, kata Agus, lebih baik dibanding dengan banyak negara. Sebagai contoh: kinerja rupiah month to date sampai 20 April, rupiah hanya melemah 0,79%. “India, Malaysia, Turki dan lain-lain, terdepresiasi lebih dalam ketimbang rupiah,” ujar Agus. 

Hitungan BI, kinerja rupiah year to date terdrepresiasi 2,23%. Adapun mata uang lain seperti Philipina, India, Brasil melemah menembus 3% sampai 6%. “Jika hanya dilihat angka Rp 13.800 pecah, secara presentase pelemahannya kecil,” ujar Agus lagi.

Ekonomi Indonesia terus menunjukkan kinerja yang bagus. Menurutnya, ini menjadi momentum baik. Lembaga-lembaga rating international juga memberikan apresiasi atas kinerja ekonomi Indonesia. Moody’s Investor Service (Moody’s) kembali menaikkan rating utang Indonesia beberapa waktu lalu memberi bukti. Peringkat Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia naik dari Baa3 dengan outlook positif menjadi Baa2 dengan outlook stabil.

Perbaikan rating ke level Baa2 oleh Moody’s, Indonesia kini telah diakui oleh empat lembaga rating internasional berada pada satu tingkat lebih tinggi dari level investment grade sebelumnya. “Kondisi ini ditambah dengan neraca perdagangan yang surplus US$ 1 1 miliar,” ujar Agus.

Gejolak global yang dipacu oleh kebijakan moneter dan perdagangan AS menjadikan mata uang global dan regional berpengaruh, termasuk AS. Agus bilang, bank sentral selalu hadir di pasar agar rupiah tetap terkendali. 

Selain selalu dalam pasar, berbagai kebijakan yang dikeluarkan bank sentral membantu menjaga rupiah. Mulai dengan kewajiban bertransi dengan mata uang rupiah di dalam negeri sejak 2004, kewajiban berpegang dalam prinsip kehati-hatian dalam berutang, kewajiban adanya underlyng saat transaksi valas dalam jumlah besar berdampak besar atas permintaan valas di pasar keuangan Indonesia. “Yang tadinya transaksi di kisaran US$ 7 milliar kini hanyadi kisaran US$ 1,3 miliar,” ujar Agus.

Menurut Agus, BI akan terus memperbaiki ketahanan performa rupiah lebih baik lagi agar tak rentan terhadap gejolak ekonomi global. Salah satunya dengan pendalaman di pasar keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×