kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terjadi Deflasi 0,21% Pada Agustus, Sri Mulyani Berharap Inflasi Pangan Bisa Terjaga


Kamis, 01 September 2022 / 14:43 WIB
Terjadi Deflasi 0,21% Pada Agustus, Sri Mulyani Berharap Inflasi Pangan Bisa Terjaga
ILUSTRASI. BPS mencatat deflasi Agustus 2022 sebesar 0,21% secara bulanan.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Agustus 2022 sebesar 0,21% secara bulanan. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, deflasi terjadi karena inflasi pangan pada bulan sebelumnya tercatat turun hingga 8% setelah meningkat sebesar 11,47% yoy pada Juli 2022.

“Ini memang sesuai dengan diagnosa bahwa kemarin inflasi yang naik terutama dikontribusikan oleh faktor makanan. Dari faktor makanan yang memang bisa diatasi relatif cepat seperti cabai dan lainnya, itu sekarang menjadi fokus dari tim pengendalian inflasi dari pusat dan daerah,” imbuh Sri Mulyani kepada awak media, Kamis (1/9).

Baca Juga: Indeks Manufaktur RI Makin Naik, Sri Mulyani Berharap Bisa Terjaga Sampai Akhir Tahun

Inflasi pangan memang menjadi penyumbang utama inflasi secara keseluruhan. Sri Mulyani menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo juga mengarahkan kepada kepala daerah dan juga kementerian terkait untuk melihat keseluruhan faktor yang mendorong inflasi menjadi tinggi.

Selain itu, Presiden juga meminta Kementerian Keuangan untuk menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ada, termasuk transfer dana ke daerah untuk membantu mengendalikan inflasi.

“Jadi dalam hal ini adalah daerah yang mendapatkan dana transfer dari pemerintah pusat, dalam bentuk dana yang tidak terduga itu diminta untuk secara fleksibel  bisa menyumbang meredam kenaikan dan tantangan lain,” jelasnya.

Sri Mulyani juga berharap, ke depan inflasi pangan bisa distabilkan sehingga inflasi dalam negeri bisa terjaga. Meski begitu, ia mengakui akan sulit untuk menstabilkan harga pangan yang sumbernya berasal dari luar negeri, seperti gandum dan juga kedelai.

Baca Juga: Punya Bobot Besar ke Inflasi, BPS Minta Waspadai Kenaikan Harga Beras dan Telur Ayam

Selain itu, ia juga mengatakan harga minyak juga sulit dikendalikan meskipun Indonesia mempunyai Crude Palm Oil (CPO), tetapi bahan pengolahan tambahan minyak goreng alias subtitusinya berasal dari minyak bunga matahari yang berasal dari Ukraina.

“Jadi berbagai dinamika itu yang harus diantisipasi. Namun untuk sebagian cukup besar barang-barang yang merupakan produksi dalam negeri kita harap bisa di produksi secara baik, dengan harga yang terjangkau dan jumlah ketersediaan yang memadai, sehingga bisa menstabilkan harga,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×