Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan hasil Pertemuan Ketiga para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) di bawah Presidensi G20 Brasil di Kota Rio de Janeiro, Jumat (26/7).
Sri Mulyani mengatakan, pertemuan tersebut diawali dengan membahas kondisi dan tantangan ekonomi global saat ini.
Kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed yang lebih panjang menyebabkan arus modal keluar dan tekanan depresiasi mata uang serta kenaikan biaya bunga hampir di seluruh dunia.
"Ini menghasilkan tekanan dan kompleksitas kebijakan fiskal dan moneter di banyak negara, antara menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan dan kesempatan kerja," ujar Sri Mulyani dalam unggahan di instagram pribadinya, Jumat (26/7).
Baca Juga: Soal Pembentukan Family Office, Sri Mulyani Siapkan Skema Insentif Pajaknya
Namun, Sri Mulyani mengatakan, perekonomian Indonesia relatif terjaga di tengah gejolak perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global saat ini.
Pada kuartal I-2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1% secara tahunan atau year on year (yoy). Kemudian, inflasi Juni 2024 juga stabil pada level 2,5%. Tidak hanya itu, tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,82% dari 5,45% pada 2023. Serta, tingkat kemiskinan yang turun dari 9,36% menjadi 9,03%.
"Indonesia juga terus fokus melakukan reformasi struktural untuk mengakselerasi pembangunan prioritas: SDM, infrastruktur, hilirisasi dan kelembagaan," katanya.
Dalam sesi kedua, Sri Mulyani mengungkapkan, pertemuan tersebut membahas isu sektor keuangan dan financial inclusion. Risiko akibat inovasi instrumen keuangan pada teknologi digital seperti kripto, stable coin dan central bank digital currency terhadap stabilitas sistem pembayaran dan sektor keuangan juga turut dibahas.
Baca Juga: Jelang Lengser, Presiden Jokowi Lantik Tiga Wakil Menteri
Sementara pada sesi ketiga juga tidak kalah penting, yakni membahas mengenai upaya penyelesaian kesepakatan pilar Satu dan Dua dalam Global Taxation Agreement untuk mencegah base erosion dan penghindaran pajak antar negara atau yurisdiksi.
Pada pertemuan ini, Menkeu menyebut, Brasil mengangkat usulan baru untuk dibahas yaitu pemajakan untuk orang super kaya yang sangat sulit dilakukan, yang menyebabkan erosi penerimaan dan kecemburuan sosial.
"G20 masih belum sepakat mengenai langkah terkait hal ini," imbuh Menkeu.
Baca Juga: Gaji PNS Bakal Naik? Simak Penjelasan Menko Airlangga
Brasil sebagai tuan rumah Presidensi G20 juga mengangkat isu climate change financing termasuk penyelamatan hutan tropikal dan isu ancaman kelaparan dunia dan pentingnya ketahanan pangan.
"Di tengah ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi, Indonesia mendukung spirit kerjasama global dan peranan forum G20 dan lembaga-lembaga multilateral untuk terus meningkatkan kolaborasi agar kita bisa mengatasi permasalahan dunia bersama," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News