Reporter: Benedicta Prima | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia triwulan III-2018 sebesar US$ 359,8 miliar. Angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak 4,2% year on year (yoy), namun melambat dibandingkan triwulan II-2018 yang tumbuh mencapai 5,7% yoy. Namun BI menjelaskan pembengkakan ini didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki porsi 86,8% dari total ULN
"Terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 179,2 miliar, utang swasta termasuk BUMN US$ 180,6 miliar," ungkap Agusman, Kepala Departemen Komunikasi BI, Jumat (16/11)
Posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan III-2018 tercatat US$ 176,1 miliar atau tumbuh 2,2%. Melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,1% yoy. Perlambatan terjadi karena turunnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimilik investor asing. Juga turut dipengaruhi kondisi pasar SBN dalam negeri yang terimbas tingginya ketidakpastian global.
"Selain tumbuh melambat posisi ULN Pemerintah juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan II 2018," jelas Agusman.
Sedangkan ULN Swasta mengalami peningkatan. Tumbuh sebesar 6,7% pada triwulan III-2018 lebih besar timbang triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% yoy. ULN swasta disumbang oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, indutri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA) serta sektor pertambangan dan penggalian.
"Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2% sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya," ungkapnya.
BI mengatakan perkembangan ULN Indonesia tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan III 2018 yang stabil di kisaran 34%. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers.
BI dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News