kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Telegram sudah blokir 93% konten negatif


Kamis, 10 Agustus 2017 / 16:46 WIB
Telegram sudah blokir 93% konten negatif


Reporter: Agatha Claudia Pascal | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA, Terkait dengan banyaknya aduan publik, Kementrian Komunikasi dan Telematika (Kominfo) melakukan pengendalian melalui sosialisasi dan edukasi teknologi.

Sejak dibukanya layanan aduan publik oleh Kementrian Kominfo dalam konten negatif di internet dan media sosial. Kementrian Kominfo sudah berupaya dalam melakukan pengendalian.

Dalam merangkul para penyedia layanan media sosial, Kementrian Kominfo bersama dengan Direktur Jendral Aplikasi Informatika melakukan pertemuan langsung dengan sejumlah penyedia layanan media sosial seperti Telegram, Facebook, Twitter, dan Google.

Kementrian Kominfo memilih 4 penyedia layanan tersebut karena banyaknya aduan yang dilayangkan kepada Kementrian Kominfo berasal dari penyedia layanan tersebut. Dari penyedia-penyedia layanan tersebut aduan masyarakat berisikan macam-macam, mulai dari konten hingga akun tertentu.

Berbagai langkah persuasi dan langkah tegas yang dilakukan Kementrian Kominfo terhadap penyedia layanan media sosial sudah menghasilkan responsitivitas rata-rata 55%. Dari aduan yang dilayangkan oleh masyarakat, sudah lebih dari setengah aduan tersebut di blokir atau diturunkan (take down).

Dari lima penyedia layanan media sosial terbesar di Indonesia, Telegram memberikan respon paling tinggi sebesar 93,3% dengan memblokir sejumlah konten negatif di saluran publik yang dimiliki oleh Telegram.

Untuk Instagram, Facebook, dan Youtube rata-rata memberikan respon sebesar 55% dengan merespon konten negatif yang tayang di aplikasi mereka. Sedangkan Twitter baru merespon sebesar 22,5% dari aduan publik.

Saat ini Kementrian Kominfo masih perlu meneliti lebih jauh mengenai pengaduan publik, apakah jumlah pengaduan publik atas konten negatif berkorelasi dengan jumlah konten negatif yang masih beredar di internet dan dunia maya.

Pada Januari 2017 jumlah aduan berbau konten Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) mencapai jumlah 5.142 bersamaan dengan Pilkada DKI Jakarta. Jumlah aduan ini sempat mengalami penurunan namun kembali naik ketika momentum Pilkada DKI Jakarta di bulan April dan Mei. 

Jumlah aduan kembali naik ke sekitar 1.000 aduan. Pengaduan ini kemudian kembali turun di bulan Juli 2017, sebanyak 94 aduan.

Pada peringkat kedua aduan terbanyak ditempati oleh konten berisi hoax dan berita palsu. Pada Januari 2017 ada sebanyak 5.070 aduan yang diajukan. Jumlah ini terus menurun hingga 48 aduan. Sedangkan konten berbau pornografi dari yang awalnya berjumlah ribuan berkurang jadi berjumlah ratusan.

Menurut Noor Iza, Plt Humas Kementrian Kominfo, pengguna internet yang didominasi oleh anak muda yang mungkin terkena dampak dari konten buruk, sangat besar jumlahnya di Indonesia. Maka beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, merangkul masyarakat melalui aduan konten, dan merangkul para penyedia layanan media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×