kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan inflasi Ramadan tahun ini lebih rendah


Senin, 30 Juli 2012 / 09:32 WIB
Tekanan inflasi Ramadan tahun ini lebih rendah


Reporter: Agus Triyono, Herlina KD, Oginawa R Prayogo | Editor: Edy Can

JAKARTA. Lonjakan harga bahan pangan memang sempat menyambut datangnya bulan Ramadan. Tapi, setelah hampir dua pekan Ramadan berjalan, harga pangan mulai stabil dan beberapa jenis mulai turun harga.

Berdasarkan pengamatan KONTAN, harga pangan yang melonjak tinggi antara lain, daging sapi, daging ayam bukan ras, juga telur. Sedangkan dalam dua pekan terakhir harga kedelai ikut melonjak.

Harga pangan yang memiliki bobot terbesar terhadap inflasi yaitu beras justru stabil dalam sebulan terakhir. "Belum ada perubahan sejak sebulan yang lalu," ujar Lena, pedagang beras di Pasar Kebayoran Lama, Minggu (29/7).

Pedagang memprediksi, harga bahan pangan yang mungkin akan naik tinggi menjelang Lebaran nanti biasanya daging sapi dan daging ayam. Maklum, permintaan terhadap bahan pangan ini bakal naik.

Meski terjadi kenaikan harga di awal bulan bulan puasa, ekonom memperkirakan, angka inflasi Juli masih bisa bertahan di bawah angka 1% (lihat tabel). Sebab, bahan makanan utama seperti beras justru cenderung mengalami penurunan harga.

Perkiraan ekonom ini tak jauh berbeda dengan penghitungan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Pekan lalu, BI menyatakan, inflasi Juni ini tak akan beda jauh dari tahun-tahun sebelumnya yang ada di kisaran 0,65%.

Bulan Juli tahun ini, BI memprediksi inflasi ada di kisaran 0,65%-0,7%. "Tekanan harga komoditas global turut menyumbang inflasi Juli," kata Direktur Grup Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah.

Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengingatkan, kenaikan harga tidak murni karena datangnya bulanRramadan, melainkan ada sumbangan dari inflasi karena musim liburan semester maupun tahun ajaran baru. "Inflasi tahunan bulan Juli kami perkirakan naik menjadi 4,59%," kata Anton.

Destri Damayanti, ekonom Bank Mandiri juga memprediksi, tekanan inflasi saat puasa kali ini lebih berkurang. "Emas yang biasanya berperan penting menyumbang inflasi pada saat Ramadan, kecenderungannya sampai dengan akhir bulan ini harganya kelihatannya masih stabil," kata Destri.

Tapi, ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistyaningsih memperkirakan inflasi Juli ada di kisaran 0,89% - 1,34%. Bahkan, Lana memperkirakan ada potensi inflasi yang lebih besar dari kisaran tersebut. Alasannya, "Selain kenaikan harga barang, ada faktor pelemahan nilai tukar yang mendongkrak inflasi," ujarnya, Minggu (29/7).

Secara tahunan, Lana memperkirakan inflasi Juli akan meningkat menjadi 4,75%, naik ketimbang inflasi tahunan pada Juni mencapai 4,53%.

Puncak Inflasi Agustus

Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi juga memperkirakan, inflasi Juli akan ada di kisaran 0,7%-0,8%. Tapi, jangan senang dulu. Eric mengingatkan, masih ada potensi puncak inflasi pada Agustus mendatang. Ia memprediksi inflasi bisa melompat ke level 0,9% - 1%.

Maklum saja, hingga saat ini belum ada tanda-tanda rupiah akan menguat. Sementara harga komoditas pangan di pasar internasional masih bertahan di atas. "Masyarakat meningkatkan konsumsi, sementara dari sisi suplai tidak bisa mengimbangi," timpal ekonom UGM Tony Prasetyantono.

Sepertinya masyarakat konsumen maupun pedagang di Indonesia sudah terbiasa dan memaklumi kenaikan harga menjelang Lebaran seperti ini. Sebab, dari tahun ke tahun pemerintah tidak melakukan tindakan nyata untuk mengantisipasi suplai harga pangan musiman seperti ini. Pemerintah hanya mengandalkan solusi cepat dengan menggelar pasar murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×