kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Target pertumbuhan industri cuma 5,1%


Sabtu, 19 Februari 2011 / 10:01 WIB
Target pertumbuhan industri cuma 5,1%
ILUSTRASI. Indah Trisnawati di area greenhouse Lombok Orchid miliknya.


Reporter: Irma Yani, Rika | Editor: Edy Can

JAKARTA. Pemerintah berharap industri manufaktur bisa menjadi pendorong utama penggerak perekonomian. Namun agaknya perlu upaya keras dan tekad yang kuat untuk bisa mewujudkan harapan tersebut. Pasalnya, pertumbuhan sektor industri tahun lalu tak mengesankan. Sedangkan target pertumbuhan industri tahun ini pun tak terlalu tinggi.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan, peran swasta khususnya industri pengolahan dan manufaktur penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Secara perlahan, sektor tersebut kembali tumbuh sejalan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,1% di 2010 lalu.

Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan manufaktur tahun ini 4,6%-5,1% . Tahun lalu, sektor industri cuma tumbuh 4,5%. Pertumbuhan ini hanya lebih tinggi dibanding sektor pertanian yang tumbuh 2,9%. Bandingkan dengan sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang melesat 13,5%. "Yang kami inginkan utamanya mempercepat pertumbuhan sektor industri agar mampu menjadi leading sector pendorong ekonomi kita," kata Armida.

Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4%, Armida yakin target pertumbuhan industri 5,1% tahun ini bisa tercapai. Pemerintah akan terus mengupayakan sektor industri tak hanya tumbuh, tapi mampu bersaing dengan industri dari negara lain.

Pengamat ekonomi IPB Iman Sugema menilai, target pemerintah itu biasa saja. "Tidak berbeda jauh dengan tahun lalu. Maunya ya double digit seperti tahun 1990-an dulu" ujarnya.

Industri biaya tinggi

Armida mengatakan, faktor yang bisa mendongkrak pertumbuhan industri tahun ini adalah prediksi terjadinya relokasi industri negara maju ke Indonesia. Laporan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menyebutkan, China adalah negara yang industrinya tumbuh pesat. Di sisi lain Indonesia, dari sisi peringkat utang juga meningkat cukup signifikan menuju investment grade. Peningkatan ini berkat kondisi ekonomi yang relatif stabil.

Saat ini, Jepang dan China mulai melirik daerah lain untuk relokasi industrinya. "Jadi kita harus pandai manfaatkan peluang untuk meningkatkan daya saing, karena kita ingin manufaktur jadi lokomotif ekonomi," ujarnya.

Iman menimpali, sebelum melakukan ini, pemerintah harus memecahkan permasalahan dasar di sektor industri. "Selama lima tahun terakhir industrialisasi kita itu berbiaya tinggi," kata Iman.

Selain itu, infrastruktur juga belum maksimal. Indonesia juga tidak memiliki industri yang kuat di sektor hulu. "Kita banyak impor bahan mentah dan teknologi sehingga daya saing kurang," jelasnya.

Ia menyayangkan mayoritas industri Indonesia yang maju adalah yang padat modal, bukan padat karya. Contohnya industri otomotif. Sebaliknya, agroindustri melempem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×