kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Tak nyaman belajar di rumah, sebagian besar siswa ingin kembali ke sekolah


Rabu, 24 Juni 2020 / 09:52 WIB
Tak nyaman belajar di rumah, sebagian besar siswa ingin kembali ke sekolah
ILUSTRASI. Covid-19 membuat siswa yang tinggal di zona merah, oranye dan kuning masih harus belajar di rumah pada tahun ajaran baru.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 membuat siswa yang tinggal di zona merah, oranye dan kuning masih harus melakukan pembelajaran jarak jauh di tahun ajaran baru. Ternyata, dua pertiga siswa menyatakan tidak nyaman belajar di rumah.

Ini adalah hasil survei UNICEF pada 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020 lalu. Dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, UNICEF menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi Indonesia, melalui kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Messenger.

Hasil survei menyebut, sebanyak 66% dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 87% siswa ingin segera kembali belajar di sekolah.

Lalu, 88% siswa juga bersedia mengenakan masker di sekolah dan 90% mengatakan pentingnya jarak fisik jika mereka melanjutkan pembelajaran di kelas. Meski begitu, siswa telah menyadari dampak Covid-19 bila mereka kembali ke sekolah, sehingga sehingga menurut mereka akan lebih baik untuk menunggu sampai jumlah kasus COVID-19 berkurang.

Baca Juga: Pengamat: Pemerintah perlu fokus jalankan pemulihan ekonomi untuk hindari resesi

Alasan siswa tak nyaman belajar dari rumah

Survei juga mendapati, selama belajar di rumah, 38% siswa yang jadi responden mengatakan kekurangan bimbingan dari guru menjadi kendala utama. Sementara 35% menyebutkan akses internet yang buruk. Jika pembelajaran jarak jauh berlanjut, lebih dari setengah atau 62% responden mengakui membutuhkan kuota internet.

Menanggapi hasil survei itu, perwakilan UNICEF di Indonesia Debora Comini mengatakan, sangat penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan pembelajaran anak-anak, baik di sekolah atau jarak jauh selama masa pandemi Covid-19. “Anak-anak yang paling rentan adalah yang paling terpukul oleh penutupan sekolah, dan kita tahu dari krisis sebelumnya bahwa semakin lama mereka tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali,” lanjut Comini.

Baca Juga: Kerja sama dengan Netflix, Kemdikbud sebut tak mengeluarkan dana sepeser pu

Spesialis Pendidikan UNICEF Nugroho Warman menambahkan, orangtua dan siswa yang jadi responden mengatakan hambatan terbesar yang dihadapi murid saat belajar dari rumah adalah kurangnya akses internet dan perangkat elektronik yang mendukung. “Orang tua juga harus fokus pada kewajiban lain untuk menghidupi keluarga mereka, yang akhirnya membuat mereka kurang memiliki waktu untuk membantu anak-anak mereka,” kata Nughroho. (Ayunda Pininta Kasih)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak Nyaman Belajar di Rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×