kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tahun Ini Harga BBM Tidak Akan Turun


Rabu, 08 Oktober 2008 / 21:44 WIB
Tahun Ini Harga BBM Tidak Akan Turun
ILUSTRASI. TAJUK - Thomas Hadiwinata


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro memastikan pemerintah tidak akan menurunkan harga BBM di dalam negeri pada tahun ini meski harga minyak cenderung terus turun hingga akhir tahun.

“Harga BBM tidak bisa turun karena dari bulan Januari sampai September 2008 kemarin harga rata-rata Indonesian Crude Oil Price (ICP) masih berada di atas US$ 100 per barel,” ujar Purnomo, Rabu (8/10). Menurutnya, angka ini masih di atas asumsi harga minyak dalam APBN-P 2008, yaitu US$ 95 per barel.

Purnomo mengimbuhkan, kenaikan harga BBM sebesar 28,3% pada bulan Mei 2008 lalu dipicu oleh kenaikan rata-rata ICP yang berada di level di atas US$ 100 per barel. Sehingga, sesuai dengan UU Nomor 14 Pasal 16 APBN-P 2008, pemerintah memiliki kewenangan menaikkan harga BBM kalau harga minyak lebih dari US$ 100 per barel. 

Sepanjang tahun ini, rata-rata ICP masih di angka US$ 111,75 per barel. Pemerintah baru akan membahas kemungkinan penurunan harga BBM jika rata-rata ICP bisa berada di bawah US$ 100 per barel atau berturut-turut dalam 2 bulan terakhir berada di level US$ 70 per barel. Dengan asumsi ini, maka pemerintah memperkirakan harga BBM tidak akan turun pada tahun ini karena kecil kemungkinan minyak turun di bawah US$ 70 per barel.

Direktur Reforminer Institut Pri Agung Rakhmanto menyatakan, pemerintah seharusnya tidak melihat perlu tidaknya penurunan harga BBM berdasarkan ICP. Soalnya, dengan harga minyak yang terus turun, berarti ada dana subsidi yang tidak terpakai. Turunnya harga minyak, lanjut Pri Agung, menjadikan penurunan beban subsidi lebih besar dibandingkan dengan penurunan penerimaan migas. Jadi, saban ada penurunan harga minyak sebesar US$ 1, bisa mengurangi subsidi Rp 500 miliar.

Senada dengan Pri Agung, pengamat perminyakan Kurtubi juga menganggap asumsi pemerintah terlalu dini dan mendahului pasar. Menurutnya, ada tiga hal yang memungkinkan minyak dapat turun hingga menyentuh US$ 70 per barel.

Pertama, resesi perekonomian dunia bertambah parah dalam dua bulan ke depan. Kedua, organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) gagal atau tidak sepakat mengurangi produksi minyak. Ketiga, dolar tambah berjaya; terutama terhadap euro.

“Memang, bulan November-Desember mendatang masuk musim dingin. Permintaan terhadap minyak pasti naik, dan ada indikasi Iran dan Venezuela tidak akan membiarkan harga minyak jatuh hingga US$ 70. Tapi, pemerintah tidak boleh menutup mati kemungkinan penurunan itu,” kata Kurtubi.

Kedua pengamat ini sepakat bahwa BBM seharusnya turun mengikuti penurunan harga minyak dunia. “Walaupun tidak turun ke harga semula, minimal bisa turun 10% dari kenaikan yang tinggi di bulan Mei lalu,” kata Pri Agung.

Ia mengimbuhkan, pemerintah mestinya fair jika berani memastikan harga harus naik pada harga dunia bergejolak, mengapa minyak yang sudah turun malah memastikan tidak akan turun. “Tidak perlu tunggu sampai US$ 70, perhitungkan saja berapa harga penurunan yang rasional,“ tandas Pri lagi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×