Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tahun 2014 menjadi tahun yang berat bagi perekonomian Indonesia. Bukan hanya adanya pemilihan umum (pemilu) yang membuat pasar cenderung wait and see, namun kinerja ekspor dalam negeri pun dikhawatirkan loyo.
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, banyak hal yang membuat ekspor Indonesia dihadapkan tantangan. Pertama, ekspor minyak. ekspor minyak akan turun karena lifting minyak turun tahun ini.
"Di APBN (2014) kita kan 870.000 barel per hari (bph), tapi most likely di APBN itu akan di bawah 870.000," ujar Bambang di Jakarta, Rabu (12/3).
Sekadar catatan, pemerintah menyampaikan outlook terbaru asumsi makro dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yaitu lifting minyak mentah di kisaran 800 bph-830 bph.
Kedua, ekspor mineral. Adanya larangan ekspor mineral mentah atawa ore per 12 Januari 2014 besar pengaruhnya terhadap ekspor keseluruhan. Perkiraan Bambang, dari ekspor mineral total termasuk olahan, setengah olahan, dan ore ada potensi penurunan hingga US$ 5 miliar.
Karena itu Indonesia harus mencari jalan keluar untuk mendorong ekspor. Salah satu caranya adalah meningkatkan ekspor manufaktur. Hal ini dikarenakan nilai tukar rupiah yang melemah menyebabkan daya saing ekspor Indonesia membaik.
"Saya yakin potensi manufaktur Indonesia luar biasa. Saat ini makin banyak FDI (Foreign Direct Investment) di manufaktur," tandas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News