Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro minta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menambah volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebanyak 3.090.082 kiloliter pada tahun anggaran 2009 ini. Dalam pertemuan dengan Komisi VII DPR kemarin, Purnomo minta kuota volume BBM bersubsidi menjadi 38.944.530 kilo liter. Sebelumnya, kuota yang sudah disepakati dalam APBN 2009 adalah 36.854.448 kilo liter.
Alasannya, tahun ini pemerintah telah menurunkan harga Premium dan Solar bersubsidi sebesar rata-rata 8,1%. "Akibat harga yang turun tersebut, pemerintah memperkirakan akan ada peningkatan konsumsi Premium dan Solar tahun ini," ujar Purnomo.
Selain harga yang turun, pemilihan umum (Pemilu) tahun ini juga akan meningkatkan kebutuhan akan Premium dan Solar. Anggota Komite Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas, Adi Subagyo berpendapat, Pemilu menyumbang kenaikan konsumsi sebesar 2% hingga 3% dibandingkan asumsi semula.
Adapun rincian permintaan kenaikan kuota dari pemerintah adalah: Premium naik menjadi 20.638.869 kiloliter dari sebelumnya 19.444.354 kiloliter. Solar akan meningkat menjadi 12.500.750 kiloliter dari sebelumnya 11.605.183 kiloliter. "Sedangkan untuk minyak tanah bersubsidi, pemerintah tidak mengusulkan tambahan kuota. Volumenya tetap sebesar 5.804.911 kilo liter," kata Purnomo.
Selain BBM, pemerintah juga meminta tambahan alokasi subsidi untuk Bahan Bakar Nabati (BBN). Permintaan tambahan itu sebesar Rp 774,46 miliar. Menurut Purnomo, tambahan subsidi untuk BBN ini perlu masuk ke dalam revisi APBN 2009 kalau harga pasar BBN lebih tinggi daripada harga BBM.
"Pemerintah mengusulkan anggaran subsidi BBN nilainya sekitar Rp 1.000 per liter," katanya. Tambahan subsidi ini penting agar pemerintah bisa menjalankan program diversifikasi energi. Jika program ini berhasil, ketergantungan Indonesia pada BBM bisa berkurang.
Tanpa subsidi, otomatis minat konsumen memakai BBN akan berkurang. Apalagi, harga BBM saat ini juga relatif murah. Namun Purnomo yakin, "Harga BBM yang murah itu cuma sementara."
Selain itu, pemerintah tentu juga harus konsisten mendorong program wajib pemakaian BBN untuk beberapa industri. Sementara belakangan ini banyak produsen BBN yang terpaksa mengurangi atau menghentikan pasokan BBN untuk Pertamina karena tak sanggup bersaing melawan murahnya harga BBM.
Formula perhitungan subsidi untuk BBN adalah: indeks harga rata-rata BBN Asia Tenggara plus indeks harga BBN domestik dibagi dua. Dari sini muncullah nilai subsidi BBN Rp 1.000 per liter.
Perinciannya, ada subsidi Bio Premium dengan campuran BBN 1%, sebanyak 194.444 kiloliter. Ini membutuhkan subsidi Rp 194,4 miliar.
Sedangkan untuk Bio Solar dengan campuran BBN 5%, volumenya 580.025 kiloliter. Produk ini memerlukan subsidi Rp 580,02 miliar.
Walhasil, total subsidi untuk BBN akan mencakup volume sebesar 774.469 kiloliter. Sedangkan nilai total subsidinya Rp 774,46 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News