kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei BPS: pengeluaran bertambah, pendapatan lebih dari 50% responden turun


Jumat, 01 Mei 2020 / 15:01 WIB
Survei BPS: pengeluaran bertambah, pendapatan lebih dari 50% responden turun
ILUSTRASI. Kepala BPS Suhariyanto mengumumkan pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2019, Rabu (5/2), di Kantor Pusat BPS.


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, pandemi virus corona (Covid-19) mengubah pola konsumsi rumah tangga di Indonesia, terutama dari jenis kebutuhan masyarakat. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dalam survei sosial demografi dampak Covid-19,  jenis kebutuhan  yang mengalami kenaikan adalah alat kesehatan seperti obat, vitamin dan sanitasi. 

Dari responden yang disurvei, sebanyak 73,28 responden mengaku mengalami perubahan pengeluaran dengan memasukkan alat kesehatan sebagai kebutuhan sehari-hari. 

Selain itu, sebanyak 56,55% responden menyebut, pengeluaran yang juga bertambah adalah pulsa. “Seiring peningkatan penggunaan internet setelah kebijakan work from home (WFH), pengeluaran mereka terhadap pulsa bertambah,”  ujar Suhariyanto dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, kemarin.

Yang juga menarik, pengeluaran atas kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)  belum banyak berubah, tapi cenderung turun. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)  menyebabkan masyarakat semakin jarang melakukan mobilisasi dengan kendaraan. 

Kalaupun harus keluar, mereka tidak menggunakan kendaraan umum, tapi pribadi. “Pengeluaran mereka untuk konsumsi BBM masih sama, atau  cenderung turun,” ujar dia.

Menurut Kepala BPS, survei dilakukan untuk melihat persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai Covid-19 serta dampak yang dirasakan masyarakat. 
BPS akan terus berupaya menangkap poin tersebut, sehingga pemerintah mampu mengantisipasi dan berusaha memahami apa yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi pandemi.

Melalui data ini, kata Suhariyanto, pemerintah dapat membuat kebijakan untuk mengakomodir barang-barang yang kini menjadi kebutuhan masyarakat. Ini juga dapat mengantisipasi, ketika permintaan meningkat, sedangkan ketersediaan terbatas bisa mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi.

Dari survei yang sama, BPS juga menemukan, sebanyak 56% responden menyatakan adanya peningkatan pengeluaran. Hanya 0,96% responden yang mengalami kenaikan pemasukan. Lebih dari 50% di antara mereka justru mengalami penurunan pemasukan.

Dengan berbagai kondisi ini, Suhariyanto mengatakan, pemerintah harus terus melakukan refocusing dan realokasi APBN sebagai respons mengatasi dampak pandemi. "Sebab, bagaimanapun, kita harus utamakan keselamatan dan kesehatan, meski juga perlu memikirkan perekonomian," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×