kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Substitusi impor 35% di 2022, Kemenperin: Produksi industri capai Rp 5.868 triliun


Rabu, 29 Juli 2020 / 12:47 WIB
Substitusi impor 35% di 2022, Kemenperin: Produksi industri capai Rp 5.868 triliun
ILUSTRASI. Refleksi pekerja pelabuhan melintas di dekat tumpukan peti kemas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur, Padang


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan akan bisa mensubstitusi impor sebesar 35% di 2020. Dengan penurunan impor tersebut, Kemenperin mengatakan produksi industri eksisting bisa meningkat hingga Rp 5.868 triliun di 2022.

"Memang kita tidak bisa menutup seluruh impor menjadi 100%. Di 2022 dengan mencapai 35% substitusi impor, sudah cukup mendongkrak produksi eksisting industri sampai Rp 5.868 triliun," ujar Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Herman Supriadi, Rabu (29/7).

Menurutnya, penurunan impor hingga 35% di tahun 2022 dengan asumsi utilitas rata-rata semua sektor industri pengolahan mencapai 85%. Sehingga pada tahun tersebut, impor akan menurun menjadi Rp 1.245 triliun.

Baca Juga: Naik 24% di semester I-2020, investasi manufaktur semakin mengucur

Utilitas industri pengolahan ini meningkat secara bertahap, dimana pada 2020 utilitasnya sebesar 76,72% dengan perkiraan produksi Rp 5.485 triliun dan impor Rp 1.628 triliun, dan utilitas di 2021 mencapai 80,30% atau produksi mencapai Rp 5.676 triliun dan impor Rp 1.436 triliun.

Selain meningkatkan utilitas produksi, skenario lain untuk menurunkan impor adalah dengan mensubstitusi impor pada industri dengan nilai impor besar, yakni industri makanan, industri tekstil, industri bahan kimia dan barang kimia, industri logam dasar juga industri komputer dan barang elektronik.

"Dan yang tidak kalah penting justru industri peralatan listrik dan industri mesin dan perlengkapan yang di dalamnya ada alat kesehatan, yang sangat dibutuhkan dalam rangka penanganan Covid-19," ujar Herman.

Meski begitu, Herman tak menampik bila penanganan Covid-19 di dalam negeri tidak efektif, dan jumlah kasus Covid-19 terus meningkat, maka program-program substitusi impor ini akan terhambat.

"Program-program penumbuhan industri, khususnya substitusi impor tentu tidak akan terlaksana bila penanganan Covid-19 ini sporadis dan tidak terintegrasi. Bagaimana hari ini kita lihat penanganannya masih manual di sana-sini sehingga anak menjadi kurang percaya diri dalam melaksanakan kegiatan industri," terang Herman.

Baca Juga: Hadapi industri 4.0, Kemenperin dukung tenaga kerja di bidang animasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×