Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 276,01 triliun. Anggaran subsidi BBM ini menciut dari rencana semula, baik dalam RAPBN 2015, maupun kesepakatan komisi VII.
Sebelumnya nilai subsidi BBM dalam RAPBN 2015 sebesar Rp 291,11 triliun, angka itu kemudian berubah menjadi Rp 280,6 triliun. Menurut pelaksana tugas Badan Kebijakan Fiskal Andin Hadianto bilang, menciutnya anggaran subsidi BBM karena ada perbaikan dari sisi perhitungan.
Sehingga, dengan perhitungan tersebut, angka subsidi untuk BBM jenis tertentu berubah. Untuk BBM bersubsidi jenis premium menjadi Rp 108,28 triliun, minyak tanah Rp 6,08 triliun, untuk solar sebesar Rp 80,27 triliun. Sedangkan untuk subsidi Elpiji 3 kg tetap sebesar Rp 55,11 triliun.
Menurut Direktur Jenderal minyak dan gas bumi kementerian energi dan sumber daya mineral (ESDM) Edi Hermantoro, yang membuat penghematan itu muncul karena perubahan penggunaan data mean of plats Singapore (MOPS). "Sebelumnya menggunakan rata-rata MOPS dari november 2012 hingga Mei 2014, dirubah jadi rata-rata dalam satu tahun terakhir saja," kata Edi, Senin (22/9) di Jakarta.
Dengan perubahan tersebut, berarti rata-rata mobs yang digunakan untuk BBM jenis preimum menjadi 9,96, minyak tanah 16,09, dan solar 17,03. Sementara untuk variabel lain seperti Internasional Crude Price (ICP) tetap US$ 105 per barel, nilai tukar rupiah sebesar Rp 11.900 per Dollar AS, dan kuota volume konsumsi BBM sebesar 46 juta kilo liter.
Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto bilang, anggaran subsidi yang lebih kecil dari rencana awal, patut diapresiasi. Sebab, itu menunjukkan keinginan pemerintah dan DPR untuk memperbaiki struktur anggarannya, terutama mengurangi beban anggaran subsidi.
Tapi di sisi lain dengan berkurangnya nilai subsidi BBM akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan ekonomi. "Tren-nya pasti kesana, bahwa akan terjadi pelambatan," ujar Dody.
Hanya saja, fokus utama pemerintah sudah benar dengan mengurangi subsidi BBM. Namun Dody berharap pemerintah bisa mengurangi subsidi BBM lebih besar lagi. Meralisasikan opini dan wacana kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi hal yang ditunggu saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News