kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Sri Mulyani sebut penarikan utang tahun 2021 berkurang Rp 219,3 triliun


Senin, 12 Juli 2021 / 20:33 WIB
Sri Mulyani sebut penarikan utang tahun 2021 berkurang Rp 219,3 triliun
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebut penarikan utang tahun 2021 berkurang sebesar Rp 219,3 triliun


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah masih akan menarik utang pada semester II 2021. Namun, jumlah utang yang ditarik di sepanjang tahun ini nampaknya akan lebih rendah dari perkiraan semula. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani kemudian menjelaskan, ini disebabkan oleh penarikan utang di sepanjang semester I 2021 sebesar Rp 443,0 triliun. Sementara prognosa penarikan utang di paruh kedua tahun ini akan sebesar Rp 515,1 triliun. 

Sehingga dengan demikian, outlook utang sepanjang tahun 2021 ini hanya mencapai Rp 958,1 triliun. Jumlah ini lebih rendah Rp 219,3 triliun atau 18,6%  dari outlook Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 yang sebesar Rp 1.177,4 triliun. 

Baca Juga: Tingkat gagal bayar naik, investor harus selektif dalam memilih obligasi korporasi

“Penurunan pembiayaan utang di tahun ini utamanya karena defisit APBN diperkirakan lebih rendah, serta pemanfaatan tambahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada pembiayaan lainnya,” ujar Sri Mulyani kepada Badan Anggaran DPR RI, Senin (12/7). 

Ia memerinci, defisit anggaran memang diperkirakan akan lebih rendah. Meski masih berada di rentang 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB), defisit secara nominal bisa ditekan di Rp 939,6 triliun dari target semula yang sebesar Rp 1.006,4 triliun. 

Kemudian, pembiayaan utang yang berkurang juga disebabkan adanya pemanfaatan tambahan SAL untuk pembiayaan lainnya, termasuk investasi pemerintah. Salah satunya, untuk penyelesaian JTT Sumatra I dan infrastruktur transportasi. 

“Penerimaan kita baik, penyerapan belanja kita optimal dan kita lihat SAL juga digunakan secara optimal dalam situasi seperti ini,” tandasnya. 

Selanjutnya: Pembagian Beban Pemerintah dan BI: Tugas Negara, BI Sah Ikut Menanggung Biaya Korona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×