Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap ekonomi global terus meningkat. Bahkan pada awal tahun 2023 mendatang ekonomi global diramal makin memburuk. Perang Rusia di Ukraina yang terus memanas dan tingginya utang di sejumlah negara untuk menanggulangi dampak Covid-19 jadi beberapa pemicunya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ini tengah melakukan rangkaian kerjanya di Amerika Serikat (AS). Dalam kunjungannya, Sri Mulyani menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.
“Bersua dan berdiskusi bersama teman lama, Kristalina Georgieva Managing Director of IMF, selalu menjadi momen yang menarik dan berharga bagi saya,” kata Sri Mulyani dalam postingan instagramnya @smindrawati, Selasa (11/10).
Baca Juga: Pergerakan Mata Uang Global Menanti Rilis Data Inflasi AS di Pekan Ini
Dalam diskusinya, Sri Mulyani mengungkapkan, sepertiga negara di dunia akan mengalami tekanan ekonomi dalam empat sampai enam bulan ke depan. Hal tersebut terjadi baik karena kesulitan akibat beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makroekonomi dan isu stabilitas politik.
Menurutnya, tekanan perekonomian tersebut tidak hanya akan terjadi di negara berkembang saja, namun juga kondisi di banyak negara maju.
Meski begitu, dalam diskusi tersebut, Sri Mulyani menyebut, Kristalina justru memberikan apresiasi kepada Indonesia yang telah meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat, di tengah kondisi dunia yang berat.
Sehingga dengan apresiasi tersebut, Sri Mulyani yakin Indonesia akan tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk.
Selain itu, keduanya juga berpendapat untuk menghadapi krisis global yang saat ini tengah terjadi, diperlukan mekanisme untuk mitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut.
Baca Juga: Alami Resesi Duluan, Negara Ini Rela Turun Derajat Jadi Berpenghasilan Rendah
Yakni sebuah mekanisme yang diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang, untuk membuat bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok kedalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
“Indonesia akan terus aktif mendukung dirumuskannya opsi-opsi dan langkah konkret untuk memitigasi risiko multi krisis saat ini,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News