kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Sri Mulyani: Perang Rusia-Ukraina Sulut Risiko Pertumbuhan Ekonomi Dunia


Rabu, 20 April 2022 / 09:30 WIB
Sri Mulyani: Perang Rusia-Ukraina Sulut Risiko Pertumbuhan Ekonomi Dunia
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina membuat Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi global.

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022. IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini di kisaran 3,6% yoy, atau turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,4% yoy.

Sebaliknya, lembaga tersebut malah mengerek perkiraan inflasi negara-negara di dunia. Tekanan inflasi negara maju diperkirakan naik menjadi 5,7% dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,9%.

Sedangkan tekanan inflasi negara berkembang diperkirakan 8,7%, meningkat dari 5,9% pada perkiraan sebelumnya.

Satu pandangan dengan lembaga tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengamini bahwa saat ini prang dan tensi geopolitik yang meningkat menimbulkan tekanan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini

“Ekonomi global tidak mudah, alami tekanan berat. Karena eskalasi perang menimbulkan dampak rambatan (spillover) dari sisi harga komoditas yang kemudian menimbulkan tekanan inflasi,” ujar Sri Mulyani dalam paparan APBN KiTa April 2022, Rabu (20/4).

Pergerakan ini tentunya jauh dari harapan semua negara. Pertumbuhan ekonomi yang harusnya meningakt, malah diperkirakan menurun. Sedangkan tekanan inflasi yang diharapkan rendah, malah berpotensi meroket.

Sri Mulyani kemudian menyebut, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus merespon dengan cepat untuk menjaga perekonomian. Salah satunya, adalah dengan respon dalam menjaga inflasi.

“Lonjakan tekanan harga yang dihadapi baik energi maupun makanan, menyebabkan APBN merespon. Terutama dalam hal subsidi bisa melonjak sangat tinggi,” tandas Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×