Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Diterpa ketidakpastian global, nilai tukar rupiah melemah selama beberapa waktu terakhir. Bahkan pada pekan ini, rupiah masih betah berada pada posisi hampir menyentuh Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, meski kondisinya demikian, pelemahan nilai tukar rupiah ini bukan murni karena kinerja Rupiah.
"Jadi sebenarnya, Rupiah bukan melemah. Namun, kondisi sekarang adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat," tegas Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu (25/10).
Ia kemudian berpesan. Pergerakan rupiah harusnya dilihat secara year to date (YtD), atau dibandingkan dengan akhir tahun 2022. Bukan secara nominal.
Baca Juga: Pelaku Usaha Terbebani Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Suku Bunga Acuan
Mengutip data Bloomberg yang diolah oleh Kementerian Keuangan, Sri Mulyani menyebut hingga 20 Oktober 2023 nilai tukar rupiah melemah 0,7% YtD.
Pelemahan rupiah ini lebih baik bila dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar negara lain.
Sebut saja yen Jepang pada periode yang sama keok 14,3% YtD. Kemudian ringgit Malaysia melemah 8,3% YtD, won Korea melemah 6,9% YtD, juga baht Thailand melemah 5,5% YtD.
"Dengan kondisi ini, bukan hanya Rupiah yang menguat. Namun banyak mata uang yang melemah. Sehingga, memang karena dolar AS yang cenderung sangat menguat," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News