Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, commodity boom akan menuju normalisasi pada tahun 2023. Artinya, pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan ekspor sebagai motor dalam penerimaan negara.
“Ekspor yang selama 2021-2022 mengalami booming dengan commodity boom akan menuju normalisasi secara bertahap,” tutur Sri Mulyani dalam rapat kerja Bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (31/5).
Dia menambahkan, ke depan ekspor tidak lagi menjadi motor pertumbuhan yang sangat kuat karena ekonomi dunia akan mengalami penurunan atau pelemahan akibat stagflasi. Bahkan menurutnya beberapa negara diperkirakan akan jatuh ke jurang resesi. Sehingga permintaan terhadap komoditas juga ikut turun.
Untuk itu, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan terus menjaga demand, dan juga akan menjaga konsumsi rumah tangga serta juga investasi.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Jalur Akselerasi Tahun Ini
“Konsumsi rumah tangga dan investasi dari swasta dan Badan Usaha Milik Negara harus menjadi motor penggerak yang sehat,” jelasnya.
Selain itu, Sri Mulyani bilang, pihaknya juga telah sudah mengantisipasi berbagai kebijakan agar tidak ada ketergantungan terhadap ekspor komoditas. Kemudian, perekonomian juga akan terus dijaga dan didorong agar seimbang.
Seimbang yang dimaksud adalah, antara eksternal dan domestik yaitu konsumsi rumah tangga. Menurutnya, ekspor termasuk komponen dalam kategori eksternal. Sementara domestik yang selama ini lemah harus diperkuat lewat berbagai kebijakan.
“Apalagi konsumsi rumah tangga memegang porsi terbesar yaitu 54,4% dan investasi 30,8%. Investasi selama pandemi sempat terpukul, sehingga harus bisa tumbuh lebih tinggi idealnya di atas 5%, bahkan investasi harus tumbuh di atas 6% kembali,” kata Sri Mulyani.
Penciptaan daya tarik investasi termasuk untuk mendukung hirilisasi manufaktur, ekonomi digital dan ekonomi hijau juga akan terus ditingkatkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News