Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagaimana daerah lain di Indonesia, permasalahan sampah di Kabupaten Indramayu memasuki fase krusial. Dengan hanya mengandalkan satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pecuk, beban operasional dan volume sampah terus meningkat.
Di sisi lain, sistem pengangkutan belum optimal, kesadaran pemilahan rendah, dan infrastruktur pengolahan sampah masih terbatas. Kondisi ini menuntut intervensi menyeluruh dari berbagai aspek, termasuk perubahan perilaku masyarakat sebagai produsen utama sampah.
Mengatasi masalah tersebut, pemerintah pusat melalui Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) hadir di Kabupaten Indramayu sejak 2023. Program ini tidak hanya membangun infrastruktur fisik, juga melakukan pembenahan dari sisi tata kelola—regulasi, kelembagaan, pembiayaan, teknis, dan yang paling penting: partisipasi masyarakat.
Salah satu strategi kunci ISWMP mendorong perubahan adalah melalui paket pekerjaan penguatan peran aktif masyarakat Cara ini di tengah warga untuk membangun kesadaran lingkungan dari level paling dasar: rumah tangga. Kemudian sejak awal tahun 2025, strategi ini mulai melakukan fasilitasi kegiatan percontohan (pilot project) di RT 06 RW 01, Lemah Abang, Indramayu.
Baca Juga: Pasca Banjir 154,65 Ton Sampah Menumpuk di Bali, Didominasi Plastik
Kini warga mulai membagi sampah menjadi tiga jenis: organik, anorganik, dan residu. Sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos menggunakan lubang biopori, sementara sampah anorganik bernilai tinggi disetor ke Bank Sampah Jembangan Jaya. Praktik ini bukan hanya mengurangi volume sampah ke TPA, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi langsung kepada warga.
"Masalah sampah sudah menjadi isu nasional. Saya berharap, masyarakat dapat sadar dan mampu memilah sampah dari sumber, yaitu dari rumah,” kata Bupati Indramayu, Lucky Hakim, dalam keterangannya, Selasa (23/9). Kini pengelolaan sampah berbasis masyarakat bukan sekadar program teknis, tapi bagian transformasi sosial dan budaya.
ISWMP tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, juga menyasar penataan kelembagaan pengelolaan sampah, regulasi, pembiayaan, dan perubahan perilaku masyarakat.
Program ini kongsi antara Pemerintah Kabupaten Indramayu, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, dan Bank Dunia (selaku pemberi pinjaman). Program ini mendorong reformasi sistem pengelolaan sampah yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan.
“Tantangan terbesar adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumbernya, yang menjadi kunci keberhasilan program ini,” ungkap Lucky.
Selanjutnya: Target Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2026 Dinilai Sulit Tercapai, Ini Sebabnya
Menarik Dibaca: Ini Kiat Atasi Mata Minus Pada Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News