kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sofyan: Penyadapan diduga terkait privatisasi BUMN


Senin, 18 November 2013 / 16:33 WIB
Sofyan: Penyadapan diduga terkait privatisasi BUMN
ILUSTRASI. Denis Sverdlov


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Mantan Menteri BUMN, Sofyan A. Djalil menjadi salah satu daftar pejabat yang disadap Australia. Namun, dia merespon santai keluarnya daftar tersebut

Menurutnya, langkah Australia yang menyadap dirinya dinilai sebuah kesalahan. Hal itu lantaran tidak ada kebijakan strategis yang diambil waktu saat dia menjabat, yang berhubungan langsung dengan negara tersebut.

Namun dia menyebut, salah satu yang mungkin menjadi dasar Australia melakukan penyadapan terhadap dirinya adalah terkait privatisasi BUMN.

"Kalaupun privatisasi, kami kan selalu terbuka dan semua bisa mengetahui bagaimana proses privatisasi itu. Jadi kalau dibilang, menyadap saya pada 2009 adalah sebuah kesalahan," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (18/11/2013).

Berdasarkan catatan Kompas.com, saat Sofyan Djalil menjabat sebagai Menteri BUMN, pihaknya telah menyiapkan sejumlah perusahaan milik negara untuk diprivatisasi, di antaranya PT Krakatau Steel Tbk, PT Perkebunan Nusantara III dan PT Perkebunan Nusantara VII, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PP).

Dari perusahaan-perusahaan yang telah disiapkan itu, yang berhasil melantai di antaranya Krakatau Steel, BTN dan PP. Sebelumnya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk juga berhasil mendapatkan pendanaan dari pasar modal melalui IPO.

Saat krisis perekonomian global pada 2008-2009, BUMN juga sempat mencoba untuk menyelamatkan PT Bumi Resources Tbk saat harga saham perusahaan batu bara itu anjlok tajam. Namun pada akhirnya, konsorsium BUMN menarik diri karena harga pembelian yang tidak sesuai. (Bambang Priyo Jatmiko/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×