kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45914,01   4,70   0.52%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal mutasi virus Covid-19 di Inggris, Indonesia diminta tetap berhati-hati


Kamis, 24 Desember 2020 / 20:04 WIB
Soal mutasi virus Covid-19 di Inggris, Indonesia diminta tetap berhati-hati
ILUSTRASI. Warga menjalani tes cepat (rapid test) Antigen COVID-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/hp.


Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa, sampai saat ini belum ada bukti bahwa mutasi virus Covid-19 yang muncul di Inggris bisa mempengaruhi efektivitas vaksin. Oleh karenanya pengembang vaksin Covid-19 hingga saat ini masih sesuai dengan peta jalan.

Namun Bambang mengingatkan bahwa, Covid-19 merupakan virus yang masih bagian dari virus corona yang artinya sangat dekat dengan virus flu. Virus flu sendiri untuk vaksinnya setiap dua hingga tiga tahun sekali harus dilakukan update, karena mutasi yang masih terjadi.

"Paling tidak sampai mutasi yang terjadi di Inggris ini belum ada ada bukti bahwa strain ini atau varian ini bisa mengganggu efektivitas dari vaksin, jadi pengembangan vaksin tetap on track," jelas Bambang dalam Disku6 Virtual di BNPB pada Kamis (24/12).

Varian baru dari virus Covid-19 yang ada di Inggris disebut memiliki tingkat penularan yang lebih cepat. Maka Bambang menekankan meski belum ditemukan adanya pengaruh varian baru tersebut terhadap vaksin, namun tingkat penularan yang lebih cepat patut diwaspadai.

Baca Juga: Cegah virus corona jenis baru, China stop sementara penerbangan ke dan dari Inggris

Adanya varian baru virus Covid-19 di Inggris membuat beberapa negara mulai membatasi bahkan melarang pergerakan orang dari Inggris ke negaranya. Misalnya China yang memberikan karantina khusus kepada pendatang dari Inggris dan Korea yang mereview kembali bagaimana syarat orang bisa keluar dari karantina khususnya yang baru datang dari Inggris.

"Tentu kita harus sangat waspada. Dengan peningkatan kasus positif dan infeksi yang tinggi kita harus jaga agar varian ini tidak buat keadaan jadi berat," imbuhnya.

Bambang menekankan bahwa, sampai saat ini belum ada bukti bahwa varian baru virus Covid-19 dari Inggris sudah ada Indonesia. Namun ada dua negara tetangga yang sudah kedatangan virus mutasi Covid-19 yang muncul di Inggris yaitu Australia dan Singapura.

"Kasus satu orang disana tapi kita harus mulai hati-hati karena makin dekat dengan kita. Meski belum ada bukti bahwa varian ini akan timbulkan peningkatan keparahan penyakit tapi ini masih perlu bukti informasi dan penelitian lebih lanjut," ujar Bambang.

Guna hadapi adanya mutasi virus Covid-19 baru maka WHO dan European-CDC menyarankan tiga langkah. Pertama, negara harus mulai memberi perhatian pada PCR Test yang menargetkan Gen S virus Corona. Hal itu lantaran ada kemungkinan mutasi akan berpengaruh pada akurasi PCR.

Kedua, harus dilakukan studi epidemiologi dan virologi lebih lanjut untuk memahami pengaruh mutasi terhadap perubahan fungsi virus dalam hal infektivitas dan patogenitas. Ketiga, disarankan kepada semua negara jika memungkinkan untuk meningkatkan whole genome squencing (WGS) rutin terhadap virus SARS Cov2 dan berbagi data WGS secara internasional khususnya untuk melaporkan jika ditemukan mutasi yang sama.

"Kita harus lebih lebih intensif melakukan koordinasi whole genome squencing secara rutin terhadap virus SARS cov 2, dan yang paling penting berbagi data ya baik antar negara maupun antar institusi yang melakukan WGS di Indonesia. Lembaga Eijkman sudah melakukan pemetaan SARS Cov2 dari 1.000 sampel klinis dari berbagai daerah. Diharapkan bisa memahami distribusi dan penyebaran virus serta mendeteksi kemungkinan mutasi tersebut sudah ada di Indonesia," jelas Bambang.

Bambang menekankan berbagi data tekait WGS harus wajib dilakukan untuk mempelajari bagaimana kemungkinan-kemungkinan mutasi varian hingga pola penyebaran virus.

Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik dan Ketua Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio menerangkan sebelumnya mutasi virus Covid-19 terjadi di protein S bukan di receptor binding domain (RBD), atau bukan di bagian ujung virus yang menempel pada sel manusia.

Mutasi yang terjadi baru-baru ini dijelaskan memang sudah mulai terjadi di RBD. Namun, belum sampai mengubah struktur maupun sifat antigennya.

"Mutasi baru-baru ini memang sudah mulai terjadi mutasi di RBD tapi di beberapa poin belum sampai mengubah struktur maupun sifat antigennya. Sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin," kata Amin.

Amin menggaris bawahi bahwa Indonesia harus berhati-hati namun tidak panik dengan meningkatkan kemampuan deteksi, merespon dan mencegah jangan sampai masuk ke Indonesia. Meski diakui Amin tidak mudah lantaran pintu masuk ke Indonesia ada banyak, namun kewaspadaan harus tetap ditingkatkan.

Selanjutnya: Epidemiolog sebutkan kelompok yang tidak boleh disuntik vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×