kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,93   -18,79   -2.03%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal kalung antivirus corona, begini penjelasan Kementan


Senin, 06 Juli 2020 / 13:27 WIB
Soal kalung antivirus corona, begini penjelasan Kementan
ILUSTRASI. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menyematkan kalung antivirus corona kepada salah seorang jurnalis Jumat 3 Juli 2020 di Jakarta


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry membantah bahwa pihaknya akan memproduksi massal produk antivirus corona yang berbasis tanaman atsiri (eucalyptus).

“Terdapat beberapa hal yang harus kami luruskan dengan pemberitaan ini. Pertama Kementan adalah Lembaga pemerintahan, bukan perusahaan sehingga tidak mungkin memproduksi suatu produk. Kementan dalam hal ini adalah penghasil teknologi termasuk produk eucalyptus,” kata Fadjry dalam live streaming Youtube, Senin (6/7).

Baca Juga: Kalung antivirus corona Kementerian Pertanian diproduksi massal, bagaimana izinnya?

Fadjry mengatakan, Balitbangtan sebagai salah satu unit eselon 1 di bawah Kementan yang memiliki mandat melakukan penelitian dan pengembangan, termasuk meneliti potensi eucalyptus yang merupakan salah satu jenis tanaman atsiri.

Fadjry mengatakan, saat awal pandemi, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang memiliki mandat melakukan penelitian bidang tanaman rempah, obat dan atsiri sudah menginventarisir beberapa tanaman potensial sebagai peningkat imunitas dan juga antivirus.

Data ini diperoleh baik dari hasil-hasil penelitian selama hampir 40 tahun Balittro berdiri ataupun dari publikasi ilmiah. Ia menyebutkan, terdapat sekitar 50 tanaman yang diidentifikasi, dan lebih 20 yang sudah diekstraksi dan diketahui bahan aktifnya.

Selanjutnya dilakukan pengujian oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) terhadap kemampuan antivirus pada virus influenza dan virus corona model (beta dan gama corona).

Di Indonesia, saat ini belum ada laboratorium yang mampu menumbuhkan virus SARS-CoV-2 pada sel kultur. Hasil pengujian menunjukkan beberapa ekstrak tanaman potensial sebagai antivirus pada pengujian in vitro pada media tumbuh.

Dengan konsentrasi terukur minyak eucalyptus mampu membunuh hingga 100% virus influenza maupun virus corona.

Baca Juga: Kementan sebut kalung eucalyptus sebagai antivirus vorona, IDI angkat bicara

Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah pengembangan produk dengan bahan dasar minyak oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) yang memiliki kompetensi termasuk pengembangan produk berbasis nanoteknologi.

Terdapat lima bentuk sediaan yang dikembangkan, yaitu roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi dan kalung aromaterapi. Saat ini paten atas produk eucalyptus sudah didaftarkan ke Ditjen HKI dan sudah dilisensi oleh mitra industri.

Selain itu, untuk pemasarannya, ijin edar dari BPOM sebagai obat tradisional sudah keluar. Untuk bisa mendapat ijin edar tentunya sudah melewati proses evaluasi oleh Tim Pakar dari BPOM terkait kemampuannya.

Lebih lanjut, Fadjry mengatakan, informasi bahwa dari hasil pengujian in vitro, bahwa minyak eucalyptus memiliki potensi menetralisir virus corona seyogyanya ditangkap oleh lembaga lain yang lebih kompeten untuk melakukan pengujian klinis pada manusia atau pasien COVID-19.

“Dengan demikian, peluang bangsa kita bisa lebih cepat menemukan obat atau teknologi penanganan COVID-19. Butuh tekad dan semangat untuk saling bersinergi demi kemajuan bangsa ini, bukan saling mencela atau melemahkan,” ujar Fadjry.

Baca Juga: Heboh kalung antivirus corona dari Kementerian Pertanian, bagaimana ceritanya?

Lebih lanjut, Fadjry mengatakan, Kalung Aromaterapi Eucalyptus merupakan produk aksesoris aromaterapi. Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori.

Dengan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Dengan demikian, luas bidang kontaknya menjadi sangat besar dan dapat menekan penggunaan bahan aktif.

“Eucalyptus ini potensi untuk menekan perkembangan corona, saya tidak mengklaim covid-19 karena kita menguji pada corona model,” ujar Fadjry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×