Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) yang akhirnya ditutup oleh pihak berwenang Amerika Serikat (AS) pada 10 Maret 2023 lalu.
“Bank regional, dengan aset hanya US$ 200 miliar, untuk ukuran Amerika ini sangat kecil. Telah menimbulkan guncangan yang sangat signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (14/3).
Atas kejadian tersebut, Sri Mulyani menyampaikan, pemerintah AS akhirnya memutuskan untuk melakukan bailout atau memberikan dana talangan kepada SVB, agar para deposan di bank lainnya tidak panik.
Menurutnya, kasus ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia. Sebab, hanya karena bank kecil bisa menimbulkan persepsi yang sistematik.
Baca Juga: Bicara Soal Silicon Valley, Luhut Pandjaitan Ingatkan Indonesia Hati-Hati
Selain itu, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga memutuskan untuk memberikan kepastian penyelamatan insured maupun non insured deposit.
Adapun penyebab kebangkrutan SVB karena terjadi tiga hal, yakni pertama, sektor yang dibiayai oleh SVB adalah khusus startup dan startup yang telah mengalami penurunan kinerja pada tahun 2022.
Hal ini terlihat dari berbagai indikator dan menyebabkan ancaman penyaluran deposito yang meningkat tinggi. Selain itu, kinerja kreditnya juga menurun.
Kedua, SVB mengalami kenaikan lebih dari tiga kali lipat dalam kurang lebih dua tahun. Menurutnya, deposito banyak, namun penyaluran kredit tertahan karena kinerja startup yang menurun signifikan. Hal ini juga menyebabkan kondisi neraca keuangan SVB mengalami tekanan.
Ketiga, yang dialami SVB adalah deposito yang meningkat tinggi dibelikan surat berharga negara di AS, yang jangkanya panjang dan surat berharga negara ini mengalami penurunan nilai ini karena interest rate The Fed yang naik.
“Ini semuanya yang menyebakan kemudian SBV dari sisi balance sheet mengalami penurunan. dan timbul rumor, sehingga terjadi bank run. Situasi ini adalah situasi yang bisa berkembang hanya dalam waktu 1 kali 24 jam, itu yang kita liat,” jelasnya.
Atas permasalahan tersebut, Sri Mulyani mengatakan, akan tetap waspada. Sebab transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang signifikan bagi sektor keuangan di AS.
Baca Juga: Investor Cemas akan Dampak SVB, Saham Bank Jepang Ikut Melorot
Meski begitu, kasus SBV ini ini tidak akan menimbulkan hal sama seperti efek dari Lehman Brothers moment saat 2008. “Tentu kita berharap Amerika Serikat bisa stabilkan sektor keuangan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News