kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Setiap tahun, hutan rusak di Indonesia mencapai 1,08 juta hektare


Kamis, 18 Agustus 2011 / 21:00 WIB
Setiap tahun, hutan rusak di Indonesia mencapai 1,08 juta hektare
ILUSTRASI. Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memperpanjang fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) bagi Indonesia.


Reporter: Irma Yani | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Kementerian Kehutanan mencatat, setiap tahun, kerusakan hutan di Indonesia mencapai lebih dari 1,08 juta hektare (ha). Dengan tambahan kerusakan sebanyak itu, hingga saat ini, luas hutan yang rusak di Indonesia telah mencapai 65 juta hektare atau sekitar 50% dari total luas hutan kita yang sekitar 130 juta hektare.

"Saya kategorikan hutan Indonesia dalam keadaan kritis karena puluhan tahun menjadi andalan untuk pendapatan bagi negara," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Kamis (18/6).

Zulkifli tak heran jika luas hutan di Indonesia menyusut dengan cepat setiap tahunnya. Menurutnya, kerusakan hutan saat ini lebih banyak disebabkan oleh ekspolitasi. Selain itu, kerusakan hutan juga diakibatkan oleh gelombang konversi lahan menjadi perkebunan dan areal pertambangan yang tidak lagi melihat daya lingkungan. "Apalagi terjadi gerakan eksploitasi, konversi, dan alih fungsi; terutama pada tahun 1998-2002," terangnya.

Otonomi daerah juga turut menyumbang kerusakaan hutang tersebut. Sebab, dengan gampang, pemerintah daerah izin kepada investor-investor asing.

Penggiat konservasi dari Sumatera Barat Herman Sugiarto, mencontohkan, kondisi hutan di Sempadan Danau Singkarak sangat memprihatinkan. Penyebabnya, hutan ini menjadi sasaran perambahan liar. Padahal, hutan di sekitarnya berstatus cagar alam yang dilindungi. Masalah tambah pelik karena pemerintah daerah setempat juga tak melakukan perbaikan hingga sekarang.

Penyuluh swadaya masyarakat asal Sulawesi Tenggara Musbahtiar memberi gambaran lain. Saat ini, di wilayahnya banyak terjadi abrasi pantai. Penyebabnya, terjadi penebangan hutan mangrove besar-besaran untuk perluasan tambak. "Abrasi mencapai sepuluh meter ke daratan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×