kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sejumlah Ekonom Ramal Neraca Dagang Januari Surplus US$ 2 Miliar hingga US$ 4 Miliar


Senin, 13 Februari 2023 / 19:23 WIB
Sejumlah Ekonom Ramal Neraca Dagang Januari Surplus US$ 2 Miliar hingga US$ 4 Miliar
ILUSTRASI. Seorang pekerja berjalan di antara peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (16/1/2023). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom memperkirakan neraca perdagangan pada Januari 2023 kemungkinan masih surplus berkisar US$ 2 miliar hingga US$ 4 miliar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan neraca perdagangan masih akan surplus pada Januari 2023, tetapi volumenya diperkirakan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan Desember 2022 yang sebesar US$ 3,89 miliar.

"Menurut saya surplus US$ 2 miliar hingga US$ 3 miliar dipicu harga beberapa komoditas yang juga turun. Jadi, cenderung surplusnya jauh lebih kecil dan belum defisit," ucap dia kepada KONTAN.CO.ID, Senin (13/2).

Tauhid menyampaikan pemerintah harus mewaspadai neraca perdagangan pada tahun ini karena era surplus besar diyakini akan berkurang. 

Baca Juga: Filianingsih Ditetapkan Jadi Deputi Gubernur BI Terpilih, Simak Visi Misinya

Dia menyebut rata-rata neraca perdagangan yang biasanya surplus sekitar US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar sebelumnya, tetapi tahun ini diperkirakan akan jauh lebih kecil lagi jika dibandingkan Desember 2022.

Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memprediksi neraca perdagangan pada Januari 2023 surplus US$ 3,2 miliar.  Dia memperkirakan hal itu dipengaruhi ekspor Indonesia yang tumbuh 12% year on year (YoY) dan impor tumbuh 0,3% YoY pada Januari 2023. 

Secara month on month (MoM), Irman menyebut ekspor akan turun lebih dalam 9,8% MoM dan impor juga diperkirakan turun mencapai 8% MoM.

"Faktor turunnya ekspor karena koreksi harga komoditas, sedangkan impor turun karena faktor seasonal di awal tahun," kata dia.

Sama halnya dengan ekonom lain, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menyebut neraca perdagangan pada Januari 2023 diperkirakan masih surplus. 

"Surplus di kisaran US$ 3 miliar hingga US$ 4 miliar. Faktor pendukungnya, yaitu masih tingginya harga komoditas," ujarnya.

Selanjutnya, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya memprediksi neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 masih akan mencatatkan surplus dengan tingkat yang lebih rendah dibandingkan Desember 2022.

"Sebesar US$ 2,91 miliar yang mana lebih rendah dibandingkan dengan realisasi Desember 2022 mencapai US$ 3,89 miliar," ungkapnya.

Menurut dia, surplus tersebut dipengaruhi dengan adanya penurunan harga dari salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, yaitu batubara.  Dia berpendapat pada paruh kedua Januari 2023, batubara makin menunjukkan tren penurunan karena berkurangnya permintaan dari pasar Eropa yang mulai memasuki suku yang lebih hangat. 

"Harga batubara sempat terkoreksi hingga 38% selama Januari 2023 dengan rata-rata harga sebesar US$ 362,3 per ton dan harga terendah pada US$ 251,75 per ton. Terdapat penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan rata-rata harga batubara pada Desember 2022 sebesar US$ 400,86 per ton dan harga terendah di US$ 385 per ton," tutur dia.

Baca Juga: Hilirisasi Indonesia Menghadapi Sejumlah Tantangan, Ini Saran Ekonom

Di sisi lain, Banjaran berpendapat impor Januari 2023 diperkirakan naik dari bulan sebelumnya seiring meningkatnya konsumsi dan aktivitas manufaktur dalam negeri. 

Dia menyebut kinerja sektor manufaktur menunjukkan peningkatan pada awal tahun terlihat dari PMI yang meningkat dari 50,9 pada Desember 2022 menjadi 51,3 pada Januari 2023. 

"Hal itu didorong oleh penurunan Indeks Harga Produsen sektor manufaktur seiring makin terkendalinya inflasi, dari 6,28% YoY pada Desember 2022 menjadi 5,86% pada Januari 2023," ucapnya.

Selain itu, terdapat tekanan dari sisi impor akibat kenaikan harga minyak global. Banjaran mengatakan rata-rata harga minyak mentah global pada Januari 2023 tercatat sebesar US$ 83,91 per barel, sedikit di atas rata-rata jika dibandingkan pada Desember 2022 sebesar US$ 81,34 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×